Minggu, 28 Desember 2008

Mekanisme pembayaran yang bisa digunakan di Internet terutama untuk kebutuhan transaksi dagang seperti e-commerce

Tulisan ini mencoba membahas beberapa mekanisme pembayaran yang bisa digunakan di Internet terutama untuk kebutuhan transaksi dagang seperti e-commerce. Referensi lebih lanjutnya sangat saya sarankan untuk membaca di beberapa tempat seperti:

o Tulisan Roy Davis tentang Money--Past, Present, and Future dari http://www.ex.ac.uk/~RDavies/arian/money.html.
o Tulisan dari Institute of Finance and Banking di University of Göttingen berjudul Money and Payment Systems page di http://www.wiso.gwdg.de/ifbg/geld.html.
o Tulisan tentang payment mechanisms designed for the internet yang di publihasikan oleh Network Payment Mechanisms and Digital Cash page bisa diperoleh di http://ganges.cs.tcd.ie/mepeirce/Project/oninternet.html.
o http://www.transaction.net/

Atau alternatif lain yang dapat digunakan adalah menggunakan search engine di Internet seperti yahoo, infoseek dll dengan menggunakan keyword seperti whitepaper, e-money, cash, e-commerce. Sebagian dari artikel ini merupakan terjemahan bebas dari http://www.transaction.net/

Bentuk / cara pembayaran yang digunakan di Internet umumnya bertumpu pada sistem keuangan nasional, tapi ada juga beberapa yang mengacu kepada keuangan lokal / masyarakat. Adapun klasifikasi berbagai mekanisme pembayaran tersebut dapat kita bagi dalam lima (5) mekanisme utama, seperti:

o Transaksi model-ATM, yang menyangkut hanya institusi finansial dan pemegang account yang akan melakukan pengambilan atau mendeposit uangnya dari account masing-masing.
o Pembayaran dua pihak tanpa perantara, transaksi dilakukan langsung antara dua pihak tanpa perantara menggunakan uang nasional-nya.
o Pembayaran dengan perantaraan pihak ke tiga, umumnya proses pembayaran yang menyangkut debit, kredit maupun check masuk dalam kategori ini.
o Micropayment, dalam bahasa sederhananya adalah pembayaran untuk uang recehan yang kecil-kecil. Mekanisme Micropayment ini penting dikembangkan karena sangat diperlukan pembayaran receh yang kecil tanpa overhead transaksi yang tingi.
o Anonymous digital cash, uang elektronik yang di enkripsi, di dahului oleh David Chaum dengan Digicash-nya (http://www.digicash.com). Uang elektronik menjamin privacy dari user cash tetap terjamin sama seperti uang kertas maupun coin yang kita kenal.

Selanjutnya mari saya akan mencoba membahas secara garis besar beberapa inisiatif yang ada di dunia ini untuk beberapa metoda pembayaran yang disebut di atas. Pada kesempatan ini saya tidak akan membahas detail dari masing-masing inisiatif, saya sarankan untuk memasuki URL masing-masing & membaca inisiatif yang ada. Bagi pembaca yang mendambakan sumber yang sifatnya netral saya sangat sarankan untuk mencari informasi tersebut di W3C (http://www.w3c.org), IETF (http://www.ietf.org).

Metoda Pembayaran Dua Pihak Menggunakan ATM / Farecard

Beberapa di antara inisiatif yang ada adalah:

o Netfare http://www.netfare.com/ adalah sebuah farecard untuk digunakan dalam pembayaran dari pembelian informasi secara online.
o Mondex http://www.mondex.com/mondex/cgi-bin/printpage.pl?fname=net.txt&doctype=gate&style=noframescash berusaha untuk downloading debit cash, online micropayment dan banyak lagi dari rumah.
o Transactor MK2 http://gis.co.uk/products/tx2/index.htm menyediakan metoda yang mudah untuk mentransfer “value” atau informasi dari satu smartcards ke smartcard yang lain yang dapat digunakan dalam community currency smartcards atau sistem keuangan lainnya.
o Ziplock http://www.portsoft.com/ memungkinkan vendor yang online untuk memberikan kode kunci untuk diberikan kepada pembeli produk mereka setelah pembayaran di verifikasi.
o I-Escrow http://www.i-escrow.com/ akan membantu mem-verify dan mereserve uang untuk pembayaran online sampai pembeli menerima barang yang dibeli.
o Netcard http://www.cl.cam.ac.uk/users/cm213/Project/ mengumpulkan banyak sekali informasi tentang ATM, jaringan berkecepatan tinggi, smartcard dan keamanan ATM.
o E-cash http://www.ecashtechnolgies.com/ dibeli oleh digicash http://www.digicash.com pada bulan Agustus 1999, saat ini memberikan jasa pembayaran elektronik.
o Atalla http://www.tandem.com/iBase.asp?PAGE=iAtalla yang baru saja di beli oleh Compaq menawarkan beberapa produk perangkat keras termasuk smartcard.
Metoda Pembayaran Dua Pihak tanpa Perantara.
Pada prinsipnya adalah jasa-jasa yang bersifat barter atau exchange / pertukaran. Jasa demikian sangat banyak di Internet kadang-kadang muncul kadang mati tentunya. Beberapa diantara jasa barter ini antara lain adalah:

o International Reciprocal Trade Association http://www.irta.net/ yang berusaha untuk memajukan industri jasa barter di dunia ini dan menaikan nilai tambah dari industrin jasa tersebut.
o Habitat for Humanity http://www.habitat.org adalah organisasi yang membantu keluarga berpenghasilan rendah untuk menukar “keringat” mereka dengan rumah yang terjangkau.
o Global Village Bank http://www.gvb.org/ memfasilitasi pertukaran jasa yang berkaitan dengan komputer / internet.
o Global Resource Bank http://www.globalresourcebank.com/ berusaha menjaga kekayaan alam yang ada.

Sebetulnya masih banyak lagi perusahaan seperti itu, hanya mereka umumnya mencantumkan nomor 800 mereka – hal ini menunjukan bahwa transaksi melalui Internet belum tentu seaman cara transaksi yang lain.

Metoda Pembayaran Melalui Tiga Pihak sebagai Perantara
Ada beberapa metoda pembayaran yang dapat digunakan, yaitu:

o Sistem pembayaran kartu kredit on-line.
o Sistem pembayaran check on-line.

Secara umum ada beberapa mekanisme pembayaran yang berkembang terutama yang berkaitan dengan uang yang sifatnya lokal. Beberapa di antara-nya adalah:

o LETS http://www.gmlets.u-net.com/ sebuah model dari sistem kredit yang dibangun masyarakat cyber. Selain itu LETS ternyata juga memfasilitasi kegiatan diskusi secara virtual di Internet yang di arsipkan di http://www.mailbase.ac.uk/lists-a-e/econ-lets/ -direktori berbagai aspek yang berkaitan dengan LETS dapat dilihat di http://www.transaction.net/money/lets/.
o Time Dollars – sebuah model mekanisme / aktifitas yang di rancang untuk memonitor –yang diharapkan- untuk meng-encourage pertumbuhan jasa di masyarakat. Sangat di sarankan untuk melihat dari dekat hal-hal ini dalam The Time Dollar Institute http://www.timedollar.org/.
o Security First Network Bank http://www.sfnb.com/ sebuah bank di Internet.
o Jika ada perasaan tidak aman dalam melakukan transaksi online, maka sistem secure800 http://www.secure800.com/ dapat membantu mekanisme pembayaran melalui telepon bagi pembelian yang dilakukan secara online.

Selanjutnya mekanisme pembayaran online yang terkait dengan sistem kartu kredit, adalah:

o 1ClickCharge http://www.1clickcharge.com/ menyediakan “super-thin client” (wallet / dompet) maupun membayar di awal blok dari micropurchases melalui kartu kredit.
o Ada beberapa perusahaan memberikan servis micropayment yang bertumpu pada pihak ke tiga, termasuk di dalamnya:
o Trintech http://www.trintech.com produk berupa NetWallet dan ezCard bertujuan untuk memberikan instrumen yang sederhana dan aman bagi pengguna e-commerce.
o Trivnet http://www.trivnet.com WISP merchant server akan membebankan semua pembayaran micropayment ke account ISP pengguna.
o iPIN http://www.ipin.com akan menagih pembelian content digital kepada account ISP pembeli.
o Qpass http://www.qpass.com/ adalah sebuah sistem e-dompet yang lain yang akan menagih pada kartu kredit pembeli untuk sejumlah pembelian sekaligus supaya lebih murah biaya / overhead-nya.
o Jika anda menjalankan cybercash server http://www.cybercash.com, maka orang akan mendownload dompet cybercash, dan kemudian mereka akan mengirimkan nomor kartu kredit mereka yang di enkripsi melalui Internet. Cybercash juga memberikan servis cybercoin http://www.beta.cybercash.com/ yang akan dibicarakan lebih lanjut dalam bagian micropayment.
o IBM http://www.hrl.il.ibm.com/mpay/ juga memberikan servis berupa dompet & server micropayment.

o Netscape http://www.netscape.com/ memberikan beberapa produk dari secure server http://www.netscape.com/directorysecurity/index.html. Mengingat Netscape adalah browser yang cukup dominan di Internet, maka produk mereka tentunya sudah terintegrasi dengan baik ke browser pada klien komputer yang memungkinkan berbagai solusi yang menarik.
o Cybersource http://www.cybersource.com/ yang dipimpin oleh orang-orang yang menjalankan software.net http://www.software.net/ - juga memberikan jasa untuk pemrosesan kartu kredit real-time http://www.cybersource.com/service/ccard.htm.
o Open market http://www.openmarket.com/ juga memberikan produk secure server dan berbagai perangkat lunak untuk transaksi.
o ICverify http://www.icverify.com/ membuat perangkat lunak untuk memproses transaksi melalui kartu kredit atau ATM / kartu debit.
o Outreach http://www.outreach.com/ memungkinkan merchant untuk memproses transaksi kartu kredit secara realtime & online.
o Ziplock http://www.portsoft.com/ akan memungkinkan vendor online untuk memberikan kunci kepada produk yang mereka kirim kepada pembeli yang hanya dapat dibuka pada saat pembayaran melalui kartu kredit di verifikasi.
o Sistem AuricWeb http://www.auricweb.com/ memungkinkan ISP untuk mencatat semua transaksi online.
o CyBank http://www.cybank.net/ menggunakan kartu prabayar untuk pembelian di Internet.
o SecureProcess http://www.atsbank.com/ dapat melayani Electronic Funds Transfer (EFT) yang real-time, transaksi ACH maupun pembayaran melalui kartu kredit secara online.
o Sales Associate http://salesassociate.com/ dapat membantu menjadi host dan memanage “virtual storefront” untuk anda
o .eVend http://www.evend.com/ dapat membantu proses authentikasi kartu kredit secara online.
o Paylink http://www.paylinx.com/ mengembangkan dan menjual server pembayaran melalui kartu kredit secara real-time.
o SET http://www.visa.com/cgi-bin/vee/sf/press.html?2+0 adalah spesifikasi transaksi data elektronik yang aman yang dikembangkan oleh Visa dan Mastercard menggunakan metoda enkripsi http://www.rsa.com/set/ yang dikembangkan oleh RSA. http://www.mastercard.com/set/#down berisi dokumen lengkap tentang SET.

Selanjutnya yang masih terkait dengan metoda pembayaran yang melibatkan pihak ke tiga sebagai perantara adalah dengan menggunakan metoda check online. Beberapa di antara mereka adalah:

o CheckFree http://www.checkfree.com/ adalah sebuah sistem pembayaran secara elektronik yang telah dikembangkan sejak 1981, sistem tersebut mempunyai sebuah pembayaran tanpa check (checkless) yang dapat digunakan dari sebuah PC.
o Verifone http://www.verifone.com/ adalah sebuah perusahaan yang membuat sistem pembayaran secara elektronik. Mereka juga mengembangkan sistem internet bagi pembeli, retailer maupun institutsi finansial.
o FSTC Electronic Check Project http://www.fstc.org/ juga berusaha untuk mengembangkan sistem check yang ada seperti yang kita kenal sekarang ini ke dalam bentuk Web.
o Brand’s Cash http://ganges.cs.tcd.ie/mepeirce/Project/Mlists/brands.html berusaha mengembangkan metoda enkripsi pendukung pembayaran check online.
o Electronic Funds Clearinghouse, Inc. http://www.efunds.com/ berusaha untuk mengembangkan teknologi Electronic Funds Transfer (EFT) ke dalam bisnis online.
o NetCheque http://nii-server.isi.edu/info/NetCheque/ menyediakan akunting server untuk memproses check secara online.
o NetChex http://www.netchex.com/ dan Online Check System http://www.onlinecheck.com/ telah mengembangkan sebuah sistem untuk jasa registrasi dan verifikasi check secara online.
o Jika anda ada waktu mungkin ada baiknya mencheck inisiatif-inisiatif seperti Secure Electronic Transaction (SET) http://www.visa.com/cgi-bin/vee/nt/ecomm/security/set.html?2+0 yang dipelopori oleh Visa / Mastercard, iKP: sebuah keluarga protokol dari pembayaran yang aman di Internet http://www.zurich.ibm.com/Technology/Security/extern/ecommerce/iKP.html iKP dikembangkan oleh IBM. Juga ada baiknya melihat-lihat apa yang dikembangkan oleh Sun Internet Commerce Group http://www.incog.com/.
o Redi-Check http://www.redi-check.com/ memungkinan bagi pengguna untuk menggunakan pre-authorized check secara online.
o PaymentNet http://www.paymentnet.com/Home.htm akan membantu anda dalam menghandle transaksi melalui kartu kredit maupun kartu debit secara online.
o TipJar http://www.tipjar.com/ juga merupakan sebuah sistem pembayaran perantara.

Metoda pembayaran Micropayment
Salah satu tantangan utama dalam mekanisme pembayaran di Internet adalah bagaimana cara kita untuk menangani pembayaran-pembayaran yang kecil-kecil atau istilah sederhananya bagaimana kita menangani recehan atau cepe-an. Karena tidak mungkin kita menggunakan sistem pembayaran melalui kartu kredit biasa karena overhead cost-nya menjadi terlalu tinggi. Oleh karena itu dikembangkan beberapa mekanisme pembayaran online di Internet bagi pembayaran-pembayaran mikro (receh) tadi, antara lain adalah:

o 1ClickCharge http://www.1clickcharge.com/ pengguna dapat men-download “super thin client” (bahasa awamnya dompet atau wallet) dan memblock sebuah alokasi untuk pembelian mikro (recehan) tadi dengan menggunakan kartu kredit. Pada tanggal 1 Desember 1999, 1ClickCharge mengumumkan maksudnya untuk me-release metoda “post-delivery content management” pada kuartal ke dua di tahun 2000.
o Qpass http://www.qpass.com/ adalah sebuah sistem wallet juga yang akan membebankan pembayaran ke kartu kredit pembeli untuk sejumlah total pembelian tertentu. Konsep yang dikembangkan akan membebaskan merchant dari beban setiap kali melakukan transaksi yang biasanya dikenakan dalam sistem online micropayment. Contoh menarik penggunaan Qpass dilakukan oleh New York Times untuk mengumpulkan donasi secara online melalui Internet bagi orang-orang yang tak mampu.
o Trintech http://www.trintech.com/ adalah sebuah perusahaan yang berbasis di Dublin & Silicon Valley, Trintech memberikan jasa NetWallet dan ezCard, yang bertujuan untuk memberikan pengguna sebuah instrument pembayaran e-commerce yang sederhana tapi aman.
o WiSP merchant server dari Trivnet http://www.trivnet.com/ memungkinkan merchant untuk menagih pembelian recehan (micropayment) dari pengguna langsung kepada account ISP-nya. Pengguna tidak lagi perlu men-download wallet dsb.
o iPIN http://www.ipin.com/ akan menagih pembayaran dari pembelian digital content kepada ISP account dari si pembeli. Pada bulan September 1999, iPIN telah mengadakan perjanjian dengan beberapa perusahaan musik digital untuk menangani pembayaran dari pembelian musik mereka secara online.
o Millicent http://www.millicent.digital.com/ adalah sebuah sistem mikropayment yang dikembangkan oleh Digital Equipment Corp, yang sekarang dimiliki oleh Compaq. Sistem ini beroperasi pada bulan Juni 1999 di Jepang dengan dompet yang dapat berisi 1000 yen dan pembayaran sekecil-kecil-nya 5 yen.
o Clickshare http://www.clickshare.com/ adalah sebuah sistem micropayment yang di jalankan oleh penerbit lokal di pantai timur amerika serikat. Dibutuhkan sebuah server seharga US$1,995 untuk menjadi penerima micropayment tersebut.
o Digicash http://www.digicash.com/ salah satu perusahaan yang menjanjikan di bidang e-cash walau akhirnya bangkrut di bulan November 1998. Perusahaan ini dibeli oleh eCash Technologies Inc. http://www.ecashtechnologies.com/ pada bulan agustus 1999.
o Telah dikembangkan juga Micro Payment Transfer Protocol (MPTP) http://www.w3.org/hypertext/WWW/TR/WD-mptp pada tahun 1995 yang di follow-up dengan berbagai paper tentang Common Markup for Web Micropayment Sistems (15 Maret 1999) http://www.w3.org/TR/WD-Micropayment-Markup/.
o Intertrust http://www.intertrust.com/ pada awalnya bekerja pada sistem enkripsi untuk melindungi sistem pembayaran, tampaknya mereka saat ini mulai mengarah pada e-commerce security secara umum, seperti Secure Digital Music Initiatives http://www.intertrust.com/news/sdmi_index.html untuk industri rekaman.
o NetBill http://www.netbill.com/ yang dikembangkan oleh team dari Carnegie Mellon yang pada awalnya akan di gunakan oleh Visa http://ganges.cs.tcd.ie/mepeirce/Project/Press/netvisa.html sekarang ini di adopsi oleh CyberCash dan dalam alpha testing.
o PayWord and MicroMint http://theory.lcs.mit.edu/~rivest/RivestShamir-mpay.ps adalah sebuah paper dalam format postscript yang menjelaskan dua sistem sederhana micropayment yang di rancang oleh Ronald L. Rivest dan Adi Samir.
o IdeaMarket http://www.ideamarket.com/ memberikan kemungkinan bagi pengguna untuk mencari content database dan menagih pembayarannya ke kartu kredit. Tentunya pola ini memberikan inspirasi bagi sebuah “World Wide Marketplace for Intellectual Property”.
o IBM tentunya juga menawarkan micropayment wallet maupun server-nya http://www.hrl.il.ibm.com/mpay/
o Netrights sedang mengembangkan Attribute http://www.attribute.com/ sebuah perangkat lunak yang di rancang untuk mengenali hak atas kekayaan intelektual (HAKI) pada media digital.
o E-gold http://www.e-gold.com/ dengan fee yang relatif terjangkau, menyimpan account e-metal (seperti emas, perak, platina, palladium) yang anda beli. Di samping itu e-gold memungkinkan terjadinya transaksi antara pemegang account.
o AuricWeb http://www.auricweb.com/ memungkinkan ISP untuk mendokumentasikan transaksi online di samping berbagai statistik user.
o CyBank http://www.cybank.net/ mengadaptasi model pembayaran telepon dengan menggunakan kartu prabayar untuk pembelian di Internet.

Metoda Pembayaran Menggunakan Uang Anonymous
Metoda pembayaran yang terakhir ini adalah yang paling sulit untuk di implementasikan di bandingkan empat (4) metoda yang disebutkan terdahulu.
Berbeda dengan metoda-metoda pembayaran yang sebelumnya yang umumnya terkait pada check, kartu kredit maupun pihak ketiga yang dalam proses-nya selalu ada proses pencatatan identitas pemakai. Hal ini umumnya tidak di sukai oleh banyak pemakai karena umumnya mereka ingin supaya identitasnya tidak diketahui dalam proses transaksi dagang yang dilakukan, oleh karena itu berusaha di kembangkan sebuah sistem seperti uang kertas yang kita kenal (atau di Internet dikenal sebagai uang anonymous). Hanya ada 3 inisiatif yang tercatat tapi juga belum berjalan dengan baik, yaitu:
o Digicash http://www.digicash.com/ yang dikembangkan oleh Dr. David Chaum setelah bangkrut tahun 1998 sekarang dibeli oleh eCash http://www.ecashtechnologies.com/. ECash menggunakan uang nasional sebagai unit dalam account. Kita dapat melihat daftar bank yang mengeluarkan e-Cash http://www.ecashtechnologies.com/ecash/issuers/index.html di Australia, Austria, Jerman dan Swis.
o NetCheque http://gost.isi.edu/info/netcheque/ adalah sebuah sistem pembayaran elektronik di rancang untuk Internet dikembangkan oleh Information Sciences Institute University of Southern California http://cwis.usc.edu/. NetCash http://nii-server.isi.edu/gost-group/products/netcash/ adalah kerangka kerja untuk uang elektronik yang sedang dikembangkan untuk bekerja dengan NetCheques.
o PayMe http://www.w3.org/pub/Conferences/WWW4/Papers/228/ adalah kerangka konseptual yang berusaha mengkombinasikan anonymitas dari DigiCash dengan skalibilitas Netcash.

Selengkapnya »»

Sabtu, 27 Desember 2008

Apa saja jenis e-commerce? & mana yang lebih mudah untuk survive?

e-commerce jelas ada beberapa jenis ada yang sifatnya badan usaha ke end user (B2C), ada yang antar badan usaha (B2B), ada yang antar orang seperti iklan barus (C2C).

Untuk dunia usaha pilihan utama-nya tinggal 2 yaitu B2C & B2B. Hasil survey Markplus & Swa di awal tahun 2000 tampak jelas bahwa dunia B2C sebetulnya suram bayangkan saja 90,1% responden tidak melakukan transaksi B2C artinya hanya 9,9% responden yang melakukannya. Dari 9.9% yang melakukan transaksi B2C 73,2% melakukan sekali lebih dari satu bulan, 17,0% melakukan sebulan sekali, 3,6% melakukan 2-3 minggu sekali dan 6,3% melakukan sekali seminggu. Belum lagi resiko fraud yang tingkat-nya mencapai 60-70%-an hasil analisa teman-teman di radioclik.com.


Jelas bahwa untuk survive di B2C ada beberapa trik yang harus dilakukan seperti mencheck ulang dengan cara menelepon si pemegang kartu kredit tentang pembelian yang dia lakukan dll.

Sebetulnya jika kita lihat peta e-commerce dunia, B2C juga tidak menarik – B2B jauh lebih menarik dibandingkan B2C. Data Forrester Research Inc. menunjukan transaksi B2B di tahun 1998 US$43 milyard dengan tingkat pertumbuhan 99% yang mencapai US$1.3 trilyun di tahun 2003. Sedangkan B2C bisa dilihat dari pembelanjaan iklan di Internet yang hanya US$ 2.8 Milyard di tahun 1998 dan meningkat ke US$ 22 Milyard di tahun 2004. Statistik Forrester Research Inc. ini menunjukan kesimpulan yang sederhana yaitu bahwa B2B akan jauh lebih menguntungkan dibandingkan B2C.

Padahal B2B memerlukan peralatan yang jauh lebih sederhana daripada B2C, seseorang yang bermodalkan e-mail saja sudah cukup untuk melakukan transaksi B2B – tentunya penguasaan teknik marketing, penguasaan komunitas, knowledge management, knowledge base, aktifitas di mailing list yang sering saya bahas di berbagai kesempatan menjadi penting untuk survival B2B.
"Onno W. Purbo"

Selengkapnya »»

Perlukah Bank Indonesia dalam Transaksi e-commerce Internet?

Barangkali judul yang lebih halusnya harusnya
kematian otoritas bank Indonesia dalam dunia maya.
Doakan saja pengamatan saya salah karena saya bukan
orang moneter ..

Jika kita melakukan perdagangan yang sebetulnya
dibutuhkan adalah kepercayaan & insentif
yang memungkinkan transaksi yang dilakukan
oleh issuer, consumer dan merchant - umumnya
menggunakan uang (bank note) sebagai perantara
yang dikeluarkan oleh bank sentral sebagai issuer.
Tergantung kepada insentif yang ada bagi issuer, consumer
dan merchant maka bank note tersebut akan digunakan.
Di Indonesia kita mengenal uang kertas dalam bentuk Rupiah
yang sudah sudah pasti dikeluarkan
oleh Bank Indonesia. Apakah hal ini berlaku juga di Internet?
terutama dengan mulai maraknya e-commerce?


Nah bayangkan kalau ternyata melakukan transaksi
dagang internasional menggunakan Rupiah ternyata
lebih merugikan / merepotkan misalnya karena satu & lain hal
nilai Rupiah sulit stabil, persentase fee yang diambil bank-bank
pada saat transaksi dagang elektronik lebih dari 10%,
belum lagi masalah SIUP, NPWP di Indonesia yang bikin pusing.

Mengapa tidak melepaskan diri dari birokrasi Indonesia
dan melakukan transaksi sepenuhnya di menggunakan
negara Internet misalnya? mungkinkah itu?

Sangat dimungkinkan sekali menggunakan negara Internet.
Ada banyak negara yang memungkinkan kita meregistrasi
dengan mudah perusahaan virtual yang kita bangun di Internet.
Yang diperlukan secara digital kan hanya digital certificate
melalui Certificate Authority - yang bagi perorangan
hanya perlu membayar dalam orde seratusan dollar, sedang
bagi sebuah perusahaan butuh membayar seribuan dollar.
Dengan digital certificate ini seseorang / sebuah perusahaan
sudah bisa dikenal di Internet dengan registrasi perusahaan
di negara-negara yang memudahkan kita untuk registrasi
kalau SIUP & NPWP ternyata mempersulit hidup kita.

Selanjutnya masalah keuangan, apakah kita perlu berkutat
dengan rupiah yang alot buat di transaksikan di dunia
digital? Ada beberapa tempat
yang mereview payment scheme ini misalnya di http://www.w3c.org.
Pada dasarnya mirip dengan dunia keuangan konsensional
ada bentuk cash, chek dan kartu.
Kalau mau ekstrim bagaimana kalau kita menggunakan bentuk lain
dari uang tersebut (e-money) yang pada dasarnya hanya sebuah "value"
yang di simpan dalam beberapa mekanisme teknologi - apakah itu
berbentuk wallet (purse) atau prepaid.

Implementasi e-wallet sedikitnya dua macam, ada wallet
yang ditaruh di komputer card holder ada juga yg ditaruh di bank penerbit kartu (issuer).
Untuk yang pertama card holder bisa menggunakan
e-wallet yg sudah di approved oleh setco (bisa diliat di http://www.setco.org/cgi-bin/vsm.cgi) contoh yg lebih nyata bisa di download gratis dr http://www.mastercard.com/shoponline/wallet. Sementara bentuk yg kedua card holder harus mendownload plugin Active X untuk berhubungan dgn wallet yg ada di bank issuer (namanya jadi server wallet), untuk yg ini diimplementasikan sama globeset.

Wallet ini seperti real wallet, sering kita lihat
di dompet org yg punya banyak brand kartu.
Begitu juga e-wallet tsb mengakomodasi hal tsb.
Tapi dalam e-wallet yg didownload adalah Digital Certificate yang
bersesuaian dengan tiap kartu.

Digital certificate itulah yang menyatakan bahwa pengguna kartu tsb adalah memang org yg sah. Kelebihannya jika di bandingkan transaksi B2C sekarang yang menggunakan SSL adalah keamanan yang lebih baik
dengan penggunaan konsep public key infrastructure.

Ada beberapa jasa di Internet yang menarik untuk
proses penagihan uang dalam proses transaksi e-commerce
seperti www.clickbank.com, www.ccnow.com, & www.authorize.net.
Artinya ini akan menjadi saingan berat bagi sistem
perbankan di Indonesia jika tidak memberikan insentif yang
cukup banyak pengusaha kecil di Indonesia untuk menggunakan
sistem perbankan di Indonesia sendiri.

Tentunya yang akan sangat menentukan nantinya
dalam transaksi adalah insentif bagi penggunanya
jika ternyata penggunaan transaksi di Internet
hanya akan dikenakan fee yang sangat kecil
misalnya 1-3% saja (hal ini telah mulai terjadi).
Jika kita perhatikan benar-benar maka sebetulnya
kita dapat mensetup perusahaan virtual di Internet
yang dapat bekerja dan hidup dengan ketergantungan
yang sangat minimal dengan sistem yang ada di Indonesia.
Kemungkinan untuk melepaskan diri dari sistem finansial di Indonesia
akan menjadi menarik dan akhirnya spread penggunaan
e-money akan menjadi besar sehingga otoritas bank sentral
yang mengatur kebijakan moneter menjadi dilangkahi
oleh pasar yang sifatnya global dan lebih memudahkan.

Tentunya ada konsekuensi-konsekuensi yang
harus ditanggung bagi pemain global ini seperti
masalah legal, proteksi konsumen dll. Tapi sebagian
orang bersedia mengambil resiko tersebut dengan
menikmati kemudahan yang diperoleh mengapa tidak?

"Onno W. Purbo"

Selengkapnya »»

Kamis, 25 Desember 2008

e-recruitment

Sebelum membahas lebih mendalam tentang e-recruitment, ada baiknya kita memahami filosofi dasar teknologi informasi itu sendiri. Pada dasarnya ada dua (2) manfaat besar yang akan diperoleh dari teknologi informasi, yaitu, (a) effisiensi dan (b) effektifitas (competitiveness). Di samping itu, teknologi informasi akan menyebabkan barrier ruang, waktu, birokrasi menjadi tumbang – system menjadi lebih datar / flat; salah satu konsekuensi yang akan berdampak pada e-recruitment adalah proses acknowledgement / sertifikasi / peer review / referee.


Sistem apapun yang akan dibangun secara online akan sangat dipengaruhi oleh paradigma berfikir designer-nya. Tentunya paradigma ini kemungkinan akan berkembang / berubah dengan waktu, karena pengalaman di lapangan. Jika kita mengejar effisiensi proses link & match, maka kemungkinan yang akan kita bangun sebuah sistem (biasanya berbasis database) yang memungkinkan kemudahan proses submission resume / cv, proses submission adanya lowongan kerja, serta search bagi pencari kerja & pemberi kerja dengan kriteria tertentu yang digunakan sebagai parameter. Contoh kriteria dalam proses searching misalnya tingkat pendidikan, pengalaman kerja, penguasaan skill / pengalaman yang spesifik, riwayat gaji, referee, aktifitas organisasi profesional & kemampuan bahasa asing. Beberapa situs pencari kerja yang mungkin lebih berbasis untuk mengejar effisiensi seperti http://www.karir.com, http://www.lowongan.net.

Tentunya hanya mengandalkan mekanisme database dari situs-situs tersebut pasti akan sulit menjamin kecocokan akan kemampuan si pencari kerja tersebut. Biasanya kita akan menelepon / menanyakan referensi ke tempat / rekan kerja yang lama tentang performance ybs. Mekanisme peer review, community acknowledgement, industrial certificate menjadi penting sekali untuk di masukan dalam mekanisme e-recruitment karena mekanisme ini yang nantinya akan lebih meyakinkan baik ke tenaga ahli (skilled worker) & pemberi kerja. Sebetulnya, proses review juga berlaku bukan hanya untuk pencari kerja, tapi juga pemberi kerja – portfolio perusahaan menjadi penting untuk di lihat oleh pencari kerja. Pada akhirnya proses link & match antara pencari kerja dan pemberi kerja menjadi sebuah proses win-win yang sejajar saling membutuhkan; tidak timpang lebih rendah ke arah skilled worker.

Tentunya hanya effisiensi saja tidak cukup dalam proses e-recruitment, seseorang pasti akan ingin maju dalam karir-nya. Alangkah indahnya jika proses e-recruitment pada akhirnya dapat di integrasi secara baik dengan proses pematangan skill seseorang. Hal ini tampak jelas pada komunitas vertikal seperti http://www.verticalnet.com yang membangun banyak komunitas vertikal dari berbagai bidang yang relatif spesifik, beberapa diantaranya dapat dilihat pada daftar berikut.

• Bidang Komunikasi:
o Digital Broadcasting.com
o Fiber Optics Online
o Photonics Online
o Premises Networks.com
o RF Globalnet
o Wireless Design Online
o Wireless Networks Online

• Bidang Energi:
o ElectricNet
o Hydrocarbon Online
o Oil and Gas Online
o Power Online

• Lingkungan Hidup:
o Pollution Online
o Public Works.com
o Safety Online
o Solid Waste.com
o Water Online

• Jasa Keuangan:
o Property and Casualty.com

• Food/Packaging
o Bakery Online
o Beverage Online
o Dairy Network.com
o Food Ingredients Online
o Food Online
o Meat and Poultry Online
o Packaging Network.com

• Foodservice/Hospitality
o E-Hospitality.com
o Foodservice Central.com
o Grocery Central.com

• Kesehatan:
o E-Dental.com
o Home Health Provider.com
o Hospital Network.com
o Long Term Care Provider.com
o Nurses.com

• Teknologi Tinggi:
o ElectronicsWeb
o Embedded Technology.com
o Medical Design Online
o Semiconductor Online
o Test and Measurement.com

• Industri:
o EC Online

• Industri Manufakturing:
o Aerospace Online
o Auto Central.com
o Machine Tools Online
o Metrology World.com
o Plant Automation.com
o Surface Finishing.com
o Tooling Online

• Proses Manufakturing:
o Adhesives and Sealants.com
o Chemical Online
o Pharmaceutical Online
o Pulp & Paper Online
o TextileWeb

• Ilmu Pengetahuan:
o Bioresearch Online
o Drug Discovery Online
o Laboratory Network.com

• Jasa:
o HR Hub.com
o Logistics Online
o Purchasing Network.com

Dalam komunitas vertikal ini, terjadi interaksi baik secara vertikal antara vendor / industri hilir & hulu maupun horizontal termasuk forum-forum untuk continuing education para skilled worker.

Dari sisi keilmuan menjadi sangat menguntungkan bagi seseorang untuk bergabung dalam komunitas vertikal ini karena semua vendor berlomba-lomba memberikan informasinya kepada anggota komunitas vertikal agar produknya dipakai oleh para skilled worker di tempat kerjanya. Tentunya ilmu yang melimpah ini menjadi sangat baik untuk membuka wawasan para pekerja ini. Di samping itu, keberadaan forum-forum diskusi di komunitas vertikal secara tersamar dapat menjadi medan untuk peer review seseorang yang akhirnya mengarah pada acknowledgement & pengakuan akan ke ahlian seseorang.

Tentunya konsep yang lebih kompleks lagi untuk mengembangkan wawasan seseorang adalah knowledge management yang akan sangat powerfull jika di integrasikan dengan proses pendidikan jarak jauh & e-recruitment yang pada akhirnya memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk memperoleh kesempatan kerja, pengetahuan & informasi.

"Onno W. Purbo"
Selengkapnya »»

Rabu, 24 Desember 2008

Migrasi ke e-commerce

Tulisan ini merupakan saduran bebas dari tulisan "migrating to e-commerce" oleh Benoit Marchal. Tulisan ini agak berbau Netscape, karena Benoit menulis di netscape. Tidak persis sama karena sebagian disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

Sebuah contoh klasik yang sering digunakan dalam e-commerce adalah amazon.com (http://www.amazon.com) sebuah toko buku maya di Internet yang demikian "sukses-nya" dalam menjual bukunya sehingga toko buku tradisional yang besar seperti Barnes and Noble merasa terancam. "sukses" memang diberikan tanda kutip disini karena kesuksesan utama dari toko buku amazon.com adalah harga penjualan saham yang demikian tinggi pada saat IPO (jual saham) maupun pergerakan sahamnya yang terus menanjak. Kalau diteliti lebih lanjut menurut laporan-laporan yang ada sampai saat ini amazon.com belum memperoleh keuntungan secara riil. Di satu sisi ide dan usaha internet ternyata berharga mahal, disisi lain harus berhati-hati karena harus dapat memilah mana yang riil mana yang maya :-) ...


Pada saat ini mulai banyak enterpreneur online (cyberpreneur), termasuk pengusaha yang mapan berusaha terjun ke e-commerce, diantara e-toko yang bermunculan anda akan melihat pengusaha muda (startup companies) maupun pengusaha mapan. Mereka secara bersama-same berusaha membuka pasar baru di dunia cyber, umumnya pendekatan diantara keduanya akan berbeda di beberapa aspek yang sifatnya praktis. Pengusaha muda (startup) umumnya sangat antusias dengan fleksibilitas yang tinggi. Fleksibilitas tersebut juga tampak pada teknologi yang digunakan, startup companies dapat mengatur infrastruktur teknologi yang digunakan disesuaikan dengan e-toko mereka. Tidak demikian dengan pengusaha lama, mereka harus lebih berhati-hati terutama untuk menjaga nama baik mereka.

Tulisan ini sebetulnya lebih di arahkan kepada pengusaha yang sudah mapan / lama yang ingin melakukan migrasi menuju e-commerce. Tulisan ini terutama di tujukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul pada para pengusaha mapan yang ingin masuk ke e-commerce.

Kita akan memulainya dengan overview dari e-commerce dan ilustrasi apa beda e-toko dengan situs web yang sering digunakan orang. Tentunya kita juga perlu melihat beberapa isu kritis di organisasi yang harus di ubah / di sesuaikan sebelum kita bisa masuk ke hal-hal yang sifatnya lebih teknis.

Sepintas tentang e-commerce
e-toko, e-mall, e-pasar pada dasarnya berbeda dengan situs web tradisional. Perbedaan mendasarnya memang bukan di sisi teknis, karena keduanya (e-toko dan web) menggunakan teknologi web yang sama, termasuk HTML / DHTML, Java, JavaScript dan CGI. Perbedaannya terutama pada tujuan situs tersebut maupun audience (pengunjungnya).

Situs web tradisional terutama dibangun sebagai alat bantu pemasaran, pada dasarnya sebuah alat komunikasi modern. Tujuan / goal sebuah situs web adalah untuk menarik pengunjung, untuk meningkatkan awareness dari jasa & produk, kesuksesan sebuah situs web ditentukan dari tinggi-nya hit rate. Sedang situs e-commerce tidak lagi merupakan alat pemasaran, mereka mengimplementasikan langkah lebih lanjutnya yang mempererat antara penjual dan pembeli. Hal ini akan terjadi pada saat si pembeli bukan hanya sekedar aware akan produk yang dijajakan tapi juga ingin membeli produk tersebut saat itu juga (on the spot). Berarti tujuan sebuah e-toko, e-mall adalah untuk menarik para pembeli, dan kesuksesan diukur dari nilai transaksi jual beli yang terjadi. Tekanan pada keuntungan yang langsung diperoleh yang membedakan antara situs web tradsional dan situs e-commerce.

Oleh karena tujuan yang sangat berbeda tersebut, situs e-commerce biasanya dibangun oleh team yang jauh lebih besar. Situs web tradisional biasanya di rancang oleh bagian pemasaran atau advertising agency sebagai komplemen (bahkan kadang-kadang merupakan pengganti) kampanye konvensional seperti melalui TV, radio dan media cetak. Pada e-shop, e-mall team perancang mau tidak mau harus melibatkan banyak bagian yang lain seperti bagian penjualan (sales), untuk komplemen atau menggantikan jalur distribusi lain seperti reseller atau direct mail. Tentunya agak sulit memisahkan antara sisi komersial (sales) dengan sisi komunikasi (pemasaran) sering kali kita harus melakukannya secara bersamaan.

e-commerce meliputi sebuah kategori solusi yang sangat lebar. Akan sangat sulit membandingkan sebuah situs web sederhana dari seorang mahasiswa yang menjual shareware-nya melalui formulir registrasin sederhana, dengan sebuah e-toko yang lengkap seperti iPrint (http://www.iprint.com)? Sulit memang tapi jika kita perhatikan baik-baik akan terlihat beberapa hal yang sama, seperti semua e-toko cenderung menggunakan script di server (CGI, WAIS, servlets, dan masih banyak lagi) di samping itu juga umumnya bergantung pada database untuk menyimpan tidak hanya pesanan dan registrasi pembeli, tapi juga informasi produk.

Di samping hal teknis di atas, solusi e-commerce ternyata mempunyai wilayah cakupan geografis yang amat sangat beragam sekali. Umumnya enterpreneur internet masa lalu berargumentasi bahwa dengan e-commerce anda dapat mengglobal. e-commerce akan sangat berbeda bentuknya untuk membuka pasar yang sama sekali baru, ternyata e-toko yang sifatnya lokal seperti groceries, pizza juga dapat berusaha dengan baik di e-commerce.

Sebetulnya e-toko, e-mall dan e-pasar merupakan aplikasi web yang sangat rumit.Karena bertumpu pada database, e-toko ini sebetulnya bergantung pada teknologi yang telah banyak digunakan di Intranet. Sebagian besar teknologi & berbagai teknik membangun intranet dapat digunakan langsung di e-toko. Kita akan lihat lebih lanjut bahwa, Netscape, Jatis maupun berbagai perusahaan yang menawarkan toolkit untuk merchant yang sangat memudahkan pengembangan e-toko, sebetulnya merupakan adaptasi dari produk yang hampir sama untuk keperluan pengembangan intranet.

Tantangan Bagi Organisasi
Sebuah situs Web secara tradisional telah banyak menyebabkan hilangnya batas-batas departemen / bagian, seorang ahli dari departemen IT, bagian pemasaran dan disain grafis harus bekerjasama dengan erat untuk membangun situs web. Jika kita perhatikan secara seksama di lapangan, sering dijumpai bahwa mereka harus banyak belajar untuk bekerjasama. Dalam hal ini, e-commerce dapat dibayangkan sebagai sebuah tantangan yang jauh lebih besar lagi karena e-commerce akan melibatkan bagian penjualan, quality assurance, team support teknis / customer care unit ke dalam keseluruhan team. Di samping itu, e-commerce juga akan memberikan tekanan pada departemen IT karena harus mengintegrasikan e-toko yang ada dengan bagian accounting, gudang, maupun sistem pembayaran.

Membangun sebuah situs e-toko merupakan pekerjaan yang sangat menuntut konsentrasi dan melelahkan, idealnya seluruh anggota team e-commerce harus mendedikasikan seluruh perhatiannya terutama di minggu-minggu pertama beroperasinya.

Kami sudah tidak di Jakarta lagi - Kami di Cyber
Jika team e-commerce sudah terbentuk, sekarang adalah waktunya untuk menggunakan kertas dan whiteboard melakukan orek-orek dan harus di warnai dengan diskusi, debat dan brainstorming.

Pertanyaan nomor satu yang akan ditanyakan kemungkinan besar adalah kepada siapa kita akan mentargetkan e-toko tersebut? e-commerce sering kali di asosiasikan dengan direct sales walaupun tidak harus demikian, tapi direct sales mungkin merupakan pendekatan yang OK juga. Banyak perusahaan secara tradisional menggunakan sistem reseller harus memutuskan apakah akan menggunakan model tersebut atau berpindah ke direct sales.

Sementara harus mencari pola dan target e-toko, ada baiknya mengingat beberapa hal yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan:

o Tidak semua perusahaan mempunyai infrastruktur yang cukup untuk mendukung direct sales. Umumnya direct sales berarti eceran dengan margin yang tinggi, yang berbeda dengan grosiran yang umumnya sedikit jumlah pesanan, tapi banyak barang yang dikirim.
o Direct sales akan menaikan kebutuhan technical support dan customer care unit, maupun hal-hal seperti itu.
o Direct sales mungkin akan membutuhkan perubahan cara bagian public relation / marketing berkomunikasi.

Yang harus di ingat dan di hayati benar adalah bisnis harus memimpin teknologi, jangan sebaliknya.Misalnya keputusan untuk melakukan direct sales harus berdasarkan kebutuhan bisnis jangan mentang-mentang secara teknologi sangat sederhana dan memungkinkan.

Satu alternatif untuk direct sales adalah mentargetkan reseller melalui e-toko. Banyak perusahaan melihat bahwa akan sangat efektif jika mereka dapat melakukan pengeffisienan hubungan mereka dengan reseller-nya melalui e-commerce. Pilihan yang lain adalah melakukan partnering dengan satu atau lebih reseller dan membiarkan mereka menangani pesanan yang diminta pelanggan.

Produsen PC adalah contoh dari industri yang terlihat sekali pergeserannya dari indirect menuju direct sales. Sebetulnya sangat masuk diakal karena produsen PC telah memiliki bagian support dan pemeliharan di dalamnya.

Dell adalah sebuah situs direct sales yang kita tahu semua, dan Dell electronic shop merupakan pengembangan yang sangat natural dari strategi Dell. Di lain pihak, pada saat Compaq yang dulunya menggunakan pola reseller dan VAR, pada saat mereka membuka e-toko maka struktur sales mereka harus di ubah secara radikal.

Size yang tepat
Sebuah pendekatan yang sangat populer untuk berbagai proyek IT adalah start dengan pilot poyek kemudian dikembangkan secara bertahap. Sebuah pilot proyek akan memberikan kesempatan untuk menguji pasar dan menggali pengalaman dengan teknologinya tanpa berhadapan dengan semua masalah sekaligus. Tentunya team e-commerce harus memutuskan besarnya pilot e-toko yang akan dibangun, jika pilot e-toko terlalu terbatas maka hasil yang akan diperoleh akan sangat berbeda dengan realitas sehingga tidak akan memberikan informasi yang bermanfaat. sebaliknya jika terlalu kompleks maka akan lebih sulit membangunnya menuju solusi akhir.

Tentunya menentukan komposisi yang cocok antara pilot proyek dan seterusnya akan sangat bergantung pada kekuatan masing-masing perusahaan. Pendekatan yang paling populer adalah menampilkan beberapa produk yang terbatas secara online dan secara bertahap membesarkan koleksi online. Pendekatan yang lain adalah menguji sistem dengan pembeli yang terbatas dan terpilih.

Ekspektasi pembeli merupakan fokus utama dalam menentukan keputusan-keputusan ini. Sebuah toko yang mengkhususkan pada jenis produk tertentu mungkin akan membuka e-toko dengan katalog yang berisi sedikit produk, sedangkan pada sebuah perusahaan mail-order yang besar kemungkinan harus membuka pilihan yang lebih banyak. Tentunya pemilihan barang yang akan di dagangkan akan sangat dipengaruhi oleh suasana usaha yang ada, sebuah perusahaan mail-order kemungkinan harus fokus pada produk yang dikenal baik di masyarakat sebagai produk pilotnya. Sialnya, produk yang dikenal baik oleh masyarakat kemungkinan bukan sesuatu yang baik dari sisi teknologi informasi. Contoh-nya di pakaian, software merchant cukup pusing jika harus menangani berbagai perbedaan size dan warna atau kombinasi lain dari pakaian. Beberapa webmaster bahkan berdoa supaya memberikan produk yang lebih sederhana sebagai pilot produk.

Mensetup sebuah e-Toko
Seperti dijelaskan sebelumnya, sebuah e-toko berbeda dengan situs web biasa karena perbedaan objektif yang diembannya. Yang satu diarahkan untuk memperoleh pemasukan secara langsung dari penjualan, sedang sebuah situs web tradisional lebih di orientasikan kepada komunikasi. Hal ini selanjutnya akan menyebabkan beberapa perbedaan teknis dalam mensetup sebuah situs. Beberapa hal yang berkaitan dengan e-toko akan dicoba dibahas dibawah ini.

Kesederhanaan dan Kemudahan
Coba bandingkan sebuah katalog dengan brosur atau bentuk media marketing lainnya yang biasa kitab gunakan di dunia konvensional. Katalog biasanya mempunyai struktur yang berbeda. Katalog biasanya mempunyai index untuk kecepatan akses ke informasi, usaha yang serius biasanya diberikan untuk menjamin agar layout sebuah katalog menjadi jelas dan mudah dibaca. Secara alamiah, katalog lebih repetitif - ada elemen-elemen grafik yang di ulang di setiap halaman untuk memberikan petunjuk kepada pembaca.

Hal yang digunakan dalam katalog di dunia konvensional akan digunakan juga di dunia elektronik. Mereka mempunyai tujuan yang sangat berbeda dengan situs web yang murni untuk public relation, hal tersebut harus nampak pada layout situs. Kita terbiasa menggunakan pola situs multimedia yang banyak meggunakan animasi, suara, dan aplet Java. Karena sebuah e-toko harus melayani pembeli yang akan membeli secara langsung, maka sebuah e-toko harus bersih dan effisien agar dapat dibaca dengan cepat. Segala hal yang akan mengubah / mengganggu perhatian pembeli kepada produk tersebut harus dibuang jauh-jauh. Hal-hal ini bukan untuk merendahkan nilai estetika sebuah katalog, tapi memang untuk menekankan kejelasan dan kemudahan penggunaan. Grafik sebaiknya kecil dan repetitif. Lebih daripada sekedar situs web biasa, adalah sangat penting untuk menggunakan tombol dan label yang jelas dan mudah dimengerti. Tombol dengan teks lebihb disukai. Kita menginginkan agar pembeli memasukan pesanan!

Pemrograman HTML yang pandai harus dilakukan secara efisien. Contohnya dapat kita lihat dibawah, adalah biasa untuk menampilkan hasil searching dalam bentuk tabel. Umumnya browser akan lambat untuk menampilkan tabel; browser harus men-download seluruh content sebelum bisa menampilkan tabel-nya. Oleh karena itu akan lebih effisien untuk menggunakan multiple / beberapa tabel. Pada contoh 1, browser tidak akan menampilkan apapun sampai daftar lengkap dari produk telah diterima oleh browser. Sedang pada contoh 2, pentampilan hasil search produk dalam bentuk tabel akan secepat waktu download. Memang untuk mengambil contoh 2 sebetulnya dibutuhkan waktu lebih lama daripada contoh 1, tetapi pengguna browser akan merasakan contoh 2 lebih cepat dan situs lebih responsive.
Contoh 1. Cara lambat untuk menampilkan produk




Pen
High-quality pen at the right price.
$1
Pencil
High-quality pencil at the right price.
$1
Blocknote
Recycled paper.
$2


Contoh 2. Cara cepat untuk menampilkan produk


Pen
High-quality pen at the right price.
$1



Pencil
High-quality pencil at the right
price.
$1



Blocknote
Recycled paper.
$2


Apa yang akan dijual dan bagaimana caranya
Kebanyakan e-toko di Internet menjual barang yang relatif murah, seperti barang konsumen biasa (seperti buku dan CD) atau barang operasional (seperti pena dan bloknote). Pembeli dapat browse atau memilih barang, memasukan barang yang dipilih ke virtual shopping cart. Setelah mereka selesai berbelanja, mereka perlu registrasi, membayar dengan kartu kredit atau bentuk e-uang yang lain, dan barang akan dikirimkan kepada mereka melalui kurir - atau, pada software, e-buku, e-artikel, e-lagu, mereka bisa mendownload produk tersebut secara langsung.

Sebetulnya e-commerce tidak terbatas pada barang berharga murah, jasa telah terbukti sangat populer. Banyak bank telah membuka cabang elektronik-nya. Berbagai industri jasa mulai bergerak online. Contoh, 1-800-MYLOGO sebuah jasa disain telah memungkinkan logo di pesan secara online.

Barang berharga tinggi seperti mobil dan rumah memang belum dapat dijual secara baik melalui media online. Akan tetapi media online dapat menjadi kanal pre-sales yang sangat baik sehingga merupakan versi enhanced dari situs pemasaran tradisional. Sebuah contoh yang baik dari kanal pre-sale adalah GM buy power . Katalog mobil dan truk yang di produksi General Motors di tambahkan perbandingan dengan kendaraan yang sama dari kompetitor-nya yang semuanya dilakukan secara yang dilakukan secara independent. GM berargumentasi bahwa pembeli mobil berada dalam tekanan cukup berat, oleh karena itu mereka membantu para pembelinya dengan cara memberikan perbandingan dengan kompetitornya secara online. Sistem yang dibangun juga melibatkan sebuah fasilitas bulletin-board untuk mendorong pengunjung untuk berhubungan dengan dealer GM setempat.

e-toko dan e-katalog merupakan solusi yang menarik dari sisi teknis karena beberapa adanya solusi dari berbagai vendor yang menawarkan merchant toolkit yang pada akhirnya sangat menekan usaha dana biaya pengembangan. Tentu saja jika anda seorang programmer sangat memungkinkan untuk memprogram katalog ini berupa kombinasi script di server (CGI, WAI, servlets dan lainnya) tapi feature utama seperti shopping cart, fasilitas search, browsing yang effisien, dan registrasi user (yang mungkin termasuk didalamnya validasi kartu kredit) sudah tersedia sebagai produk off-the-shelf. Karena paket-paket merchant toolkits telat termasuk semua fungsi di atas termasuk fasilitas manajemen pelaporan dan promosi, merchant toolkit akan sangat mempersingkat waktu implementasi. Beberapa toolkit yang populer seperti:

o Jatis (http://www.jatis.com) barangkali merupakan merchant toolkit yang cocok untuk usaha kecil menengah di Indonesia. Bahkan di sertai 25Mbyte Web hosting, 5 e-mail account dll dengan startup cost Rp. 2 juta relatif murah untuk membuat e-toko dibandingkan invest di Ruko.

o Viaweb , sebuah solusi untuk usaha kecil menengah termasuk didalamnya Webhosting.

o ICat , sebuah solusi e-katalog kelas menengah.

o Netscape MerchantXpert , sebuah solusi high-end yang merupakan bagian dari keluarga aplikasi CommerceXpert .

Jika anda memilih diantara produk-produk tersebut, yang penting untuk dilihat adalah kemampun integrasi produk / software tersebut dengan sistem yang ada. Hal ini akan dibahas dalam bagian selanjutnya.
Pemenuhan Ekspektasi Pelanggan
Perusahaan mapan yang melakukan migrasi ke e-commerce biasanya harus menghadapi masalah tambahan yaitu harus dapat memenuhi ekspektasi customer based mereka yang sudah ada. Sebuah strategi e-commerce yang sukses akan bertumpu pada kekuatan yang sudah ada di perusahaan dan meng-enhance apa yang dapat perusahaan itu berikan. Penanganan yang spesial diberikan untuk menjamin agar pelanggan yang sudah ada dapat dengan mudah mengakses produk-produk yang sudah familiar bagi mereka.

Yang lebih penting lagi, penanganan yang hati-hati harus di perhatikan agar servis level yang sama dapat diberikan secara online seperti hal-nya secara offline. Merchant toolkit biasanya sangat baik untuk manajemen dari promosi sampai penjualan, e-kupon, selebaran promosi dan sebagainya; merchant toolkit biasanya di arahkan untuk usaha yang berusaha untuk membedakan dengan yang lain melalui harga yang lebih aggressive. Di sisi lain, usaha yang lebih berkonsentrasi kepada servis personal tampaknya harus mengkombinasikan solusi merchant yang standar dengan aplikasi yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan personal masing-masing pelanggan.

Ada dua (2) pendekatan yang sering digunakan untuk memberikan jasa personal yang online. Pertama adalah membuka kepakaran internal perusahaan secara online melalui sistem pakar (expert system). Agak seram memang istilahnya, dalam bentuk yang sederhana sebetulnya sebuah sistem pakar adalah sebuah database informasi yang baik dengan kemampuan search, seperti GM Buy Power. Toko Dell online juga menggunakan pendekatan yang sama, dengan berbagai peringatan kemungkinan ketidak kompetibelan, seperti “This sound card is not supported by Windows NT”. Memasukan informasi ke sebuah sistem pakar memang akan memakan waktu, lebih enak memang meng-online-kan sumber-sumber in-house yang sudah ada daripada harus mengumpulkan informasi baru.

Cara yang ke dua adalah menggunakan agen software yang cerdas . Jangan terlalu takut dengan terminologi-nya, beberapa produk software telah memasukan fasilitas untuk mengamati kebiasaan setiap pembeli secara personal dan memberikan rekomendasi secara personal. Agen software tersebut dapat juga memberitahukan pembeli jika produk yang dia sukai muncul. GrapeVINE http:///www.grapevine.com adalah agen software yang mampu untuk melakukan hal tersebut di atas. Beberapa software termasuk Netscape Compass server telah mengintegrasikan GrapeVINE di dalam-nya.

Pada dasarnya apapun pendekatan yang dipakai, semua sistem yang di sebutkan di atas mudah untuk di integrasikan dengan standar merchant toolkit. Yang penting adalah kita harus menyadari bahwa pembeli hanya akan kembali ke sebuah e-toko karena beberapa sebab seperti harga, kualitas jasa, convenience, dan sebagainya. Seninya adalah menemukan apa yang mereka suka dalam usaha / bisnis yang kita jalankan dan membangun itu. Itu lah e-commerce, tidak berbeda jauh dengan atau mungkin sama seperti tradisional commerce sebetulnya.

Integrasi dengan sistem yang sudah ada
Barangkali aspek yang paling memusingkan adalah proses integrasi e-toko dengan sistem yang sudah ada.

e-toko tidak berdiri sendiri, dia di dukung oleh beberapa sistem informasi seperti billing, manajemen stok, accounting, dan manajemen panggilan dari pembeli (kalau anda melakukan direct sales menggunakan telepon). Kombinasi dari sistem ini dikenal sebagai back-end. Perusahaan startups lebih fleksible dalam memilih back-end yang digunakan di sesuaikan dengan fokus mereka di online. Sayangnya fleksibilitas ini kemungkinan besar tidak ada di dunia usaha yang sudah mapan, artinya harus mau tidak mau mengintegrasikan e-toko yang akan dibuat dengan back-end yang sudah ada / dimiliki sekarang ini.

Mengintegrasikan aplikasi yang sudah lama ada dengan sistem web adalah pekerjaan-pekerjaan yang seringkali harus dilakukan oleh intranet developer. Harus diingat tingkat kepentingan integrasi ini cukup tinggi di e-toko karena tidak seperti di intranet, kegagalan di e-toko akan menyangkut image yang buruk ke media massa dan akhirnya hilangnya transaksi dagang.

Setiap organisasi telah mengembangkan sistem accounting dan billing yang unik yang merefleksikan budaya dan pasar dari organisasi tersebut. Back-end telah dikembangkan dalam waktu yang lama. Back-end berkembang dengan perusahaan, biasanya back-end tidak di disain untuk online commerce. Mengadaptasi sistem seperti ini biasanya memerlukan kemampuan untuk memecahkan beberapa masalah di bidang responsiveness, keamanan, konversi format, scalability dan banyak lagi.

Di atas semua pekerjaan tersebut biasanya ada saja hal-hal kecil yang menjengkelkan. Contohnya, sebuah perusahaan tidak dapat memberikan nomor referensi kepada pembeli online tanpa harus mengubah secara drastis back-end sistem mereka. Tentunya mereka akan sangat berkeberatan untuk melakukan perubahan tersebut. Solusi yang ditempuh akhirnya memberikan nomor referensi yang sifatnya sementara kepada pembeli online, dan mengkonfirmasikan kemudian melalui e-mail dengan nomor referensi yang sesungguhnya yang sudah di konfirmasikan ke back-end. Untuk menghindari kebingungan akhirnya digunakan kata “confirmation number” untuk membedakan nomor referensi yang sifatnya sementara tadi. Kejadian seperti ini bukannya tidak mungkin akan banyak terjadi dengan anda-anda yang sudah mempunyai sistem back-end yang mapan.

Secara umum ada dua pola utama pada saat kita mengintegrasikan sebuah sistem, yaitu:

o Membuat sistem back-end dapat diakses secara online melalui e-toko, atau
o Putuskan sama sekali e-toko dari back-end dan duplikasi data dari e-toko ke back-end dan sebaliknya secara batch.
Tentunya, pilihan yang paling tepat akan sangat tergantung pada sistem yang ada. Umumnya perusahaan-perusahaan menginginkan back-end mereka dapat di akses secara online, akan tetapi mereka umumnya lebih suka solusi kedua yang memutuskan back-end dari online e-toko-nya karena lebih murah dan lebih mudah di implementasikan.
Pendekatan Online
Pada pendekatan online, e-toko mempunyai akses langsung ke database di back-end. Hal ini mempunya dua keuntungan utama yaitu:

o Sangat mungkin untuk memberikan servis yang lebih baik, seperti informasi stok yang real-time.
o Sangat menekan biaya operasi sistem, karena tidak dibutuhkan intervensi manusia untuk menerima pesanan atau update harga.

Kesulitan utama dalam pendekatan online ini adalah biaya dan keamanan. Keamanan adalah isu yang paling sakral dalam pendekatan online. Sedang dukungan back-end tidak hanya untuk e-toko-nya tapi juga untuk seluruh bagian dari perusahaan; oleh karena itu harus bisa di akses e-toko tersebut secara amat sangat aman.

Hal lain yang akan membuat faktor biaya menjadi naik karena cepatnya obsolote perangkat lunak: back-end perlu secara periodik di upgrade dan di modifikasi. Responsiveness, seperti diterangkan terdahulu, sangat penting dalam e-toko; oleh karena itu back-end harus dapat memompa data secepatnya.Jika e-toko sukses, atau back-end sudah mulai overload karena banyak digunakan maka upgrade dan perubahan di back-end harus di lakukan supaya semua berjalan secara lancar efisien. Aplikasi server, seperti Netscape Application Server , mungkin akan menolong dalam masalah ini dengan cara secara effisien memanaje hubungan ke back-end.

Yang terakhir, pendekatan online memerlukan cukup banyak pekerjaan yang mahal terutama untuk customisasi. Oleh karena itu di sarankan untuk menggunakan menggunakan pendekatan modular seperti merchant toolkit yang seharusnya akan menekan biaya pengembangan – sangat tidak masuk di akal jika di satu sisi kita dapat menekan biaya, di sisi lain harus membiayai customisasi yang mahal. Sialnya, biasanya back-end tidak mempunyai semua informasi yang dibutuhkan oleh e-toko kita. Memang back-end mempunyai informasi tentang harga dan jumlah stok, tapi bagaimana dengan deskripsi produk, tip, dan gambar? Tentunya hal-hal ini akan membutuhkan customisasi yang membutuhkan biaya lagi.

Oleh karena itu sangat disarankan untuk memilih merchant toolkit yang fleksible dengan arsitektur yang modular.
Pendekatan batch / offline
Oleh karena hal-hal yang di sebutkan di atas, banyak perusahaan akhirnya memilih untuk memisahkan e-toko mereka dengan back-end. Data, seperti deskripsi produk dan informasi pesanan, di duplikasi di kedua lingkungan tersebut. Setiap sistem mempunya database masing-masing yang di optimasi untuk kebutuhan-nya. Keuntungan utama dari pendekatan off-line ini adalah masing-masing dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan kebutuhan. Tidak ada kebutuhan untuk mengadaptasi back-end ke e-toko.

Dalam kasus-kasus yang simpel bahkan data dapat di duplikasi secara manual. Pendekatan ini adalah yang dilakukan oleh Viaweb, dan memang berjalan dengan baik bagi target perusahaan Viaweb yaitu usaha kecil menengah (UKM). UKM dapat memasukan deskripsi produk menggunakan formulir yang ada di situs Viaweb, dan UKM dapat mengakses laporan online shopping.

Proses manual cocok untuk jumlah produk yang kecil dan tetap (statik), untuk jumlah produk yang lebih besar dan dinamik (berubah-ubah) dibutuhkan pendekatan yang lebih automatis. Alternatif yang populer adalah membangun proses meng-copy yang sifatnya batch secara periodik, proses ini akan secara automatis melakukan resinkonisasi antara e-toko dengan database di back-end. Tentunya proses sinkronsisasi ini membutuhkan pengembangan yang sifatnya custom. Jika merchant toolkit tidak secara eksplisit mendukung customisasi pada level ini, sangat mudah untuk membangun proses batch di atas PC kita. Kita tahu bahwa e-toko maupun back-end harus berjalan di atas PC, maka sangat mungkin jika masing-masing PC mengeksport kedua database mereka melalui sebuah Application Program Interface (API) terbuka seperti ODBC.

Dalam pendekatan batch, jika secara benar di automasikan, dikombinasikan dengan keuntungan dari akses online kepada data dan keamanan yang baik maupun independensi diantara sistem. Konsekuensinya, banyak organisasi lebih suka pendekatan ini, bahkan untuk jangka panjang.
Migrasi yang mudah
Bagi perusahaan yang mapan dan ingin melakukan migrasi ke e-commerce akan menghadapi tantangan yang lebih banyak dibandingkan perusahaan startup – tentunya, pengalaman perusahaan mapan yang tahun-tahun itu umumnya dapat mengkompensasi tantangan yang akan di hadapi. Terima kasih karena adanya merchant toolkit yang bisa memudahkan untuk para usahawan untuk membangun e-toko.

"Onno W. Purbo"
Selengkapnya »»

Selasa, 23 Desember 2008

Trade-Net: Sebuah Konsekuensi Internet bagi dunia Usaha / Bisnis.

Harus kita akui bersama bahwa perkembangan Internet di Indonesia terutama beberapa bulan belakangan demikian pesat dengan adanya usaha dari berbagai pihak untuk berkontribusi dalam bisnia dunia informasi ini. Belum lagi dengan dikeluarkannya ijin bagi paling tidak 16 Internet provider di Indonesia dan beberapa puluh lagi yang sedang menunggu ijin - akan menambah marak dunia bisnis informasi di Indonesia. Tiga aspek utama yang membangun keberadaan Internet, yaitu, Komputer (Computer), Komunikasi (Communication) dan Isi (Content) 3C di dunia informasi tampak secara serentak tumbuh di Indonesia.

Di sisi perkembangan bisnis komputer (Computer) tampak menunjuk prospek yang cerah seperti di analisa oleh Majalah SWA (Desember 1996) - komponen perangkat keras akan mendominasi konsentrasi dana dalam bisnis ini hingga mencapai hampir 70% dana yang berputar.
Di sisi fasilitas komunikasi data (Communication), berbagai operator telekomunikasi telah secara serius membangun jaringan data untuk menjadi tulang punggung data nasional. Beberapa usaha yang patut diacungkan jempol antara lain, PT. Aplikanusa Lintas Arta yang berusaha mengembangkan jaringan Frame Relay 2Mbps di 17 kota di Indonesia, PT. Telekomunikasi Indonesia yang berusaha menggelar Servis Pasopati (B-ISDN 2Mbps) rencananya di 4-5 kota di Indonesia, PT. Pos Indonesia yang menggelar 22 node VSAT beberapa diantara dengan kecepatan 64Kbps untuk akses ke Internet, beberapa Internet Provider seperti IndoInternet dan Sistelindo yang mempunyai beberapa cabang di kota besar Indonesia. Belum lagi operator VSAT, seperti PT. Elektrindo Nusantara, PT. Aplikanusa Lintas Arta, PT. Citra Sari Makmur, PT. Primacom yang menggelar jaringan VSAT yang relatif murah. Beberapa diantaranya ada yang mampu dengan mudah & murah ditumpangi traffic Internet, seperti usaha yang dilakukan PT. Elektrindo & Lintas Arta.
Perkembangan yang tidak kalah menarik adalah perkembangan di sisi Isi (Content) informasi yang digelar di saluran-saluran informasi ini. Beberapa puluh perusahaan di Indonesia telah mulai menggelarkan Web / Home Page perusahaan masing-masing di Internet, mulai dari Grup Bakrie, Grup Mulia, Grup Hotel Jayakarta, BII, BPIS, berbagai media massa (KOMPAS, Republika, SWA, dll) sampai TopFM & Timelife Book, dsb. Hal ini menunjukan bahwa dunia bisnis telah secara serius melihat potensi pasar dunia informasi secara serius. Melihat statistik Web yang ada, traffic yang diakibatkan oleh Web / Home Pages ini sebesar 80-100Mbyte per hari dengan 70% traffic ternyata untuk konsumsi dalam negeri. Hal ini akan memperkuat perlunya jaringan tulang punggung data nasional.
Ada beberapa hal yang cukup serius perlu dipikirkan secara bersama oleh para operator maupun pengusaha yang ingin bergerak di dunia usaha informasi ini. Hal yang sering menjadi kendala adalah masalah keamanan mentransmisikan data / informasi bisnis di saluran data umum. Sebagai contoh, nomor kartu kredit akan menjadi minat para pencuri informasi jika ditransmisikan tanpa security measure di saluran komunikasi umum. Belum lagi jika ingin dilakukan transaksi otomatis antara pihak supplier, distributor, pembawa barang dan penerima barang maupun sistem lainnya yang mensupport keberadaan sistem dagang (trade) secara elektronik seperti Bank, Bea Cukai, Pajak, dll.
Menarik untuk mempelajari beberapa sistem Trade-Net berbasis teknologi informasi / Internet yang beroperasi, sebagai contoh di Singapura / Australia / Jepang proses "paperless work" yang dilakukan untuk melakukan import / export barang dapat dilakukan dalam jangka waktu tidak lebih dari lima (5) menit secara elektronik menghubungkan berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha eksport / import. Bandingkan dengan Indonesia yang mungkin diperlukan waktu beberapa hari kalau tidak beberapa bulan. Hal ini menjadikan negara-negara tersebut menjadi sangat kompetitif dalam berdagang di era globalisasi mendatang dimana kecepatan arus informasi menjadi aset mutlak.
Dalam pertemuan Asia Pasifik di Bangkok, Desember 1995 dan di Singapura, January 1996 penulis berkesempatan secara langsung berdiskusi dan bertukar pengalaman dengan rekan-rekan Asia Pasifik. Dari pengalaman banyak negara Asia Pasifik, agak berbeda dengan kondisi perkembangan Internet & teknologi informasi di Indonesia, ternyata keberhasilan mereka banyak didorong justru oleh pihak pemerintah. Pemerintah dibantu berbagai pihak (termasuk perguruan tinggi) perlu barangkali untuk mengusahakan sebuah Electronic Data Interchange (EDI) Council - yang mengarahkan standarisasi pertukaran data bisnis secara aman. Contoh yang sangat menarik adalah usaha National Computer Board (NCB) pemerintah Singapura yang akhirnya menelurkan beberapa perusahaan swasta yang merupakan spin-off.
Berbagai bentuk EDI Council & National Computer Board perlu di arahkan secara benar dengan dimotori oleh pakar-pakar teknologi informasi & sebaiknya bukan oleh tenaga strukturil yang ada di Indonesia. Kepakaran & tenaga fungsional menjadi penting artinya dalam bergerak di dunia informasi yang tidak lagi terikat pada dimensi birokrasi, dimensi ruang maupun dimensi waktu. Identifikasi pakar teknologi informasi di Indonesia sebetulnya dapat dengan mudah dilakukan dengan memonitor aktifitas Internet di Indonesia.
Keberhasilan sebuah sistem informasi sangat tergantung pada kemampuan kita bekerjasama antar instansi; di samping faktor manusia (SDM) sebagai kunci utamanya. Usaha secara bersama untuk membentuk EDI Council dan National Computer Board akan menjadi strategis untuk membentuk arah pembangunan jaringan informasi secara bersama. Standarisasi yang terbuka pada akhirnya akan memungkinkan Indonesia untuk bahu membahu maju secara bersama.

"Onno W. Purbo, Computer Network Research Group, PAU Mikroelektronika, Institut Teknologi Bandung."
Selengkapnya »»

Think before you link.

Tulisan ini merupakan terjemahan bebas dari artikel dengan judul yang sama yang bisa di ambil di www.ecommerce-guide.com.

Cara murmer untuk mempromosikan situs yang kita miliki biasanya melalui link exchange. Pada dasarnya cara ini adalah sebuah perjanjian barter timbal balik antara 2 situs untuk saling memberikan link satu ke yang lain.. Dengan cara sedikit kreatif, kita dapat membentuk kerjasama barter seperti ini untuk pasar yang sangat spesifik. Misalnya kita merupakan distributor furnitur di Internet, kita bisa saja mengadakan link exchange dengan dengan distributor gorden, real estate, dlll. – jadi membuat semacam market place untuk target audience yang sama.


Dalam memilih perusahaan yang akan diuntungkan dengan pola link exchange ada baiknya anda melakukan sedikit penelitian tentang perusahaan tersebut. Anda tidak akan di untungkan jika mengadakan link exchange dengan perusahaan yang kurang baik yang tidak pernah meng-update situs mereka & membuat situs mereka menarik. Jadi pada dasarnya link exchange adalah sebuah kemitraan yang akan merefleksikan satu perusahaan pada perusahaan yang lain.

Setelah melakukan penelitian tentang perusahaan tersebut & anda memutuskan untuk mengadakan link exchange, cobalah untuk menghubungi perusahaan tersebut tapi jangan sampai mengirimkan mail yang sifatnya impersonal karena akan di cuekin & di anggap spam. Oleh karenanya kirim e-mail tersebut ke pengambil keputusan dengan permintaan yang spesifik tentang link exchange yang akan menguntungkan bersama.

Selanjutnya buat sebuah daftar yang rapih dari link-link & tambahkan di bawah dari halaman web anda. Anda biasanya menginginkan supaya pengguna Internet yang masuk situs anda membaca dulu content dari Web anda, sebelum mencapai bagian link exchange tsb. Sebaiknya jangan memberikan banyak sekali link ke luar situs anda di berbagai bagian dari halaman situs anda. Anda tentunya tidak menginginkan pengguna meng-clik keluar situs anda tidak lama setelah anda masuk ke situs anda.

Ada beberapa situs yang dapat membantu kemitraan untuk anda, salah satu diantara-nya adalah link-box.com (http://www.link-box.com/). Pada link-box mereka memperkenankan anda untuk memilih pasar yang spesifik dan juga diperkenankan untuk menyesuaikan link box yang ada untuk situs web anda.

Untuk keterangan lebih lanjut tentang strategi & teknik untuk berbagi link, ada baiknya beberapa artikel seperti http://www.internetday.com/archives/070500.html &
http://intday.internet.com/archives/060498.html
"onno W.Purbo"
Selengkapnya »»

Valuasi dot.com - Komunitas vs. Hit Rate

Belakangan ini mulai hot-hot-nya perusahaan dot.com, banyak orang berusaha berkiprah, bermunculan, berinovasi dan berusaha untuk meyakinkan investor, pemodal ventura tentang ide dan inovasi yang dilakukan dengan harapan dapat dibeli dengan harga mahal oleh para pemodal tadi. Belum lagi yang menjual ide melalui bursa saham pada saat IPO, yang tampaknya seperti tinggi sekali nilai saham-saham mereka. Semua ini tentunya menambah panas para pengusaha untuk berusaha di Internet melihat demikian tinggi-nya nilai saham yang ada.


Tulisan ini terutama di tujukan untuk memberikan sedikit gambaran bagi anda-anda yang berusaha membangun sebuah usaha di Internet – agar dapat memperoleh value / nilai semaksimal mungkin bagi usaha anda. Tentunya saya harus akui terlebih dulu bahwa tulisan saya sangat subjektif sekali. Jadi mungkin akan dinilai menentang arus oleh beberapa rekan. Pertanyaan yang sering timbul antara lain, sebetulnya bagaimana sih menilai sebuah perusahaan di Internet? Apakah demikian besar harga sebuah perusahaan di Internet? Wajarkah harga yang diberikan? Seberapa wajar harga sebuah perusahaan di Internet?

Kemampuan menjawab pertanyaan tersebut sangat bergantung pada kemampuan seseorang dalam menguasai teknik-teknik valuasi sebuah perusahaan di Internet; yang merupakan teknik bagaimana cara yang betul untuk menilai sebuah perusahaan di Internet. Tentunya ada banyak teknik, parameter, asumsi dan argumentasi yang bisa diberikan untuk menilai / memberikan value terhadap sebuah perusahaan di Internet. Di sini saya tidak akan menerangkan teknik tersebut, karena saya sendiri sering kali tidak percaya pada teknik yang dikembangkan tersebut. Saya akan mencoba menggali instink para pembaca untuk secara bersama mencoba mengevaluasi perusahaan di Internet

Jika perusahaan tersebut belum berbentuk, masih berbentuk ide saja – urusannya bisa berabe karena akan sangat sulit sekali untuk menilai sebuah angan-angan. Sangat sulit menentukan parameter yang paling baik untuk melakukan penilaian tersebut. Mari kita skip kondisi angan-angan ini, kita hanya akan membicarakan perusahaan yang sudah berjalan.

Jika anda sudah biasa bersosialisasi di Internet maka secara naluriah akan merasakan bahwa, internet merupakan media multimedia yang bersifat dua arah. Masyarakat informasi adalah masyarakat yang umumnya cukup berpendidikan dan berpenghasilan. Masyarakat jenis ini akan sangat menyukai servis yang sifatnya personal, customized yang berbeda dari satu user ke user yang lain. Masyarakat ini sangat tidak suka sesuatu yang massal yang seragam yang sama. Kemampuan mengenal karakteristik ini yang nantinya akan menentukan keberhasilan kita dalam menilai sebuah perusahaan internet apakah baik atau tidak.

Teknik valuasi yang tradisional biasanya bertumpu pada besaran-besaran yang sangat fisik sekali, seperti berapa hit rate, dari IP mana saja hit tersebut masuk, dari domain mana saja, berapa besar trafik yang di generate, file apa saja yang di akses dsb. Semua informasi ini memang dapat diperoleh dengan mudah dari log sheet yang ada di server kita. Dengan melakukan evaluasi dari log / catatan tersebut secara grafik kita dapat dengan mudah melihat besaran-besaran tersebut dan memprediksi trend-nya. Berdasarkan trend dan perbandingan dengan perusahaan serupa di Internet, kita dapat melakukan penilaian dari perusahaan tersebut. Teknik ini yang banyak dilakukan oleh teman-teman sekarang ini untuk melakukan penilaian sebuah perusahaan Internet, karena dapat dihitung dan dapat secara matematik di mapping ke nilai / harga perusahaan.

Memang teknik yang sifatnya fisik seperti di atas lebih mudah dimengerti dan dilakukan. Hanya saja, hati kecil saya masih ada keraguan akan teknik tersebut. Karena dalam pikiran saya, pada akhirnya yang kita hadapi bukan sekedar komputer, server, hit rate, ip address, domain dsb – tapi manusia, komunitas, masyarakat, society. Seharusnya parameter yang lebih pasti adalah bila kita bisa mengidentifikasi manusia, komunitas, masyarakat yang berpartisipasi / difasilitasi / mengakses perusahaan Internet tersebut.

Saya pribadi akan memberikan nilai +++ bagi sebuah perusahaan Internet yang aktif bersosialisasi dan memimpin masyarakat Internet di sekitar-nya di bandingkan daripada sebuah perusahaan Internet yang hanya sekedar mengandalkan Web dan berharap orang akan datang dan membuat hit pada Web mereka. Memang tidak mudah untuk bersosialisasi, berinteraksi dan memimpin masyarakat Internet karena kemampuan leadership sangat dibutuhkan, dibarengi dengan intelektualitas yang tinggi. Di Indonesia sendiri bisa di hitung menggunakan jari berapa orang / perusahaan yang mampu memimpin di dunia maya Indonesia – biasanya diantara kita saling mengenal satu sama lain, dan sering sekali bertemu dalam berbagai kesempatan seminar dan ceramah.

Mungkin akan sulit sekali jika saya mewajibkan kemampuan untuk memimpin tersebut, komunitas dapat juga dibentuk dari kebutuhan, kebersamaan tanpa terlalu menekankan kemampuan memimpin. Contohnya, di beberapa portal seperti detik.com, astaga.com sudah mulai memberikan e-mail gratis yang harus registrasi lebih dulu dan memberikan informasi individu / latar belakang individu. Jelas sekali disini, komunitas menjadi lebih mudah di nilai dengan adanya informasi / latar belakang individu pengguna. Penilaian menjadi lebih sederhana.

Tinggal sekarang bagaimana tekniknya supaya individu menjadi tertarik untuk berkumpul di portal-portal tersebut. Sesuatu yang dinamik, kemampuan interaktif yang tinggi di sertai layanan individual, customised merupakan ciri khas utama yang akan menarik individu untuk berkumpul.

Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat memberikan wawasan bagi rekan-rekan yang ingin membangun portal-nya. Semoga sukses.

"Onno W. Purbo"

Selengkapnya »»

Usaha di Dunia Maya bagi Usaha Kecil & Rumah Tangga

Data di DEPKOP (http://www.depkop.go.id) menunjukan adanya 38 juta usaha di Indonesia yang 98%-an di dominasi oleh usaha kecil menengah yang mempekerjakan 58 juta pekerja. Dalam dunia Industri ternyata di dominasi oleh industri kecil & rumah tangga sekitar 2,7 juta industri (dengan 6 juta-an pekerja), sedang industri besar & menengah hanya berjumlah 23.000 buah (dengan 4 juta pekerja). Memang industri rumah & kecil ini hanya memutarkan 10% dari total uang yang berputar tapi menghidupi ebagian besar rakyat kecil yang ada di Indonesia seperti ditunjukan oleh laporan KOMPAS-BPS bulan Agustus 2000. Jelas bahwa pemberdayaan usaha & industri kecil dan rumah tangga akan menjadi kunci bagi kelangsungan hidup sebagian besar rakyat Indonesia.


Pertanyaan selanjutnya adalah – mungkinkah teknologi informasi yang tampaknya demikian kompleks dapat digunakan untuk memberdayakan usaha kecil? Perlukah mempunyai komputer untuk berpartisipasi di usaha melalui Internet? Perlukah penguasaan teknologi informasi yang canggih untuk usaha di Internet? Berapa biaya operasional bulanan yang harus dikeluarkan? Adakah cara yang sederhana untuk menarik pembeli / mitra melalui Internet? Perlukah kita menguasai bahasa Inggris dengan baik? – demikian sekelumit pertanyaan yang akan menghantui orang yang ingin terjun ke usaha di Internet tersebut.

Kepercayaan (trust)

Dalam dunia usaha manapun, setiap orang akan berusaha untuk menjaga kelanggengan hubungan dengan mitra & pelanggan. Hubungan baik ini hanya mungkin terjadi jika ada kepercayaan / trust / niat baik dari semua pihak yang terkait dalam transaksi usaha / dagang yang berlangsung. Dalam bahasa sederhananya, kerjaan biasanya datang dari teman – merupakan sebuah ungkapan sederhana & benar adanya, walaupun jika dilakukan terlalu over dosis akan terasa nuansa KKN di dalamnya.

Seni lanjutan yang perlu di kuasai adalah seni untuk meningkatkan / menjaga kepercayaan / trust / niat baik tersebut. Teknik tradisional yang sering digunakan untuk meningkatkan kepercayaan / trust / niat baik biasanya sangat sederhana, yaitu, silaturahmi, berdiskusi, ngobrol, berdialog, berinteraksi, tatap muka dll. Proses ini secara alamiah akan memungkinkan terjadinya pengertian yang mendalam akan berbagai hal antara pihak yang melakukan diskusi / dialog / silaturahmi tersebut.

Kadang kala proses perkenalan memegang kunci yang sangat strategis, berbagai hal dilakukan untuk memberikan gambaran tingkat bonafiditas seseorang, mulai dari menggunakan kendaraan bermerek, kantor yang megah, mewah dll. Pada tingkat tradisional, impresi tersebut di bangun menggunakan minimal KTP, ijazah, surat lamaran, resume. Bagi perusahaan besar kadang kala perlu mengeluarkan prospektus, company profile, hasil audit dari akuntan publik dll. Kadang kala sogok meyogok pun dihalalkan pada saat perkenalan agar di loloskan dalam perolehan proyek.

Cara konvensional di atas sebetulnya menjadi jantung dalam dunia usaha manapun termasuk usaha melalui Intrenet. Jadi kepercayaan / trust kunci usaha di Internet. Pada teknologi Internet tingkat lanjut, kita mengenal adanya Certificate Authority (CA), Registration Authority (RA), Publik Key Infrastructure (PKI) untuk memperkenalkan, mengauthentikasi, mengidentifikasi seseorang / sebuah perusahaan yang prosesnya didukung berbagai teknologi keamanan jaringan seperti Socket Secure Layer (SSL) dll. Effisiensi transaksi yang kemudian dikenal sebagai e-commerce dilakukan menggunakan Electronic Data Interchange (EDI), eXtensible Markup Languge (XML) dll. Bagi pembaca yang tertarik untuk melihat-lihat teknologi e-commerce yang lebih lengkap dapat melihatnya antara lain di http://ecommerce.internet.com, http://www.bogor.net/idkf/ jangan lupa mencari berbagai whitepaper di Internet. Apakah perlu bagi usaha kecil & rumah tangga yang ingin berusaha di Internet untuk menggunakan semua teknologi yang rumit ini? Jawab singkatnya – tidak perlu! Ada banyak cara yang sederhana yang memungkinkan seseorang / pengusaha kecil untuk berkiprah & memperlebar kemitraannya dengan sarana komunikasi & interaksi Internet.

Modal dasar usaha kecil untuk masuk ke dunia maya

Berapa modal? Berapa investasi? Spesifikasi Komputer yang perlu disiapkan? Jawab singkatnya – cukup dengan bermodal beberapa puluh ribu rupiah saja, usaha di Internet dapat dilakukan. Tentunya akan sangat ideal jika anda memiliki komputer sendiri di rumah, atau meminjam ke tetangga; akan tetapi tanpa itupun anda dapat berkarya di Internet. Beberapa teman saya bahkan hanya menggunakan komputer kelas 486 (kadang kala bekas) untuk melakukan usaha di Internet ini & berhasil dengan lumayan.

Terus terang, modal utama yang akan sangat mendominasi keberhasilan seseorang atau sekelompok orang untuk dapat survive di Internet bukan dari peralatan atau uang yang dimilikinya – akan tetapi niat, kegigihan, konsistensi & kemauan keras untuk membaca dan belajar terus menerus. Tidak berbeda dengan kiat usaha di dunia nyata.

Bagaimana mungkin dengan modal hanya beberapa ribu rupiah seseorang dapat berkiprah di Internet? WARNET menjadi jawaban dari ini semua. Pada saat ini akses melalui WARNET sudah sedemikian murah hanya dengan Rp. 3000-5000 / jam seseorang dapat mengakses Internet tanpa perlu memiliki komputer & telepon sendiri. Bahkan si penjaga WARNET sering kali dengan senang hati mengajari pelanggannya untuk menggunakan Internet. Bila kita membutuhkan informasi, sering kali bisa juga para penjaga WARNET ini membantu mencari informasi yang dibutuhkan tersebut. Pangkalan tetap para WARNET-ers ini berada di asosiasi-warnet@yahoogroups.com. Jika teknologi WARNET di terapkan di sekolah-sekolah, sebetulnya akses Internet dapat di tekan menjadi sekitar Rp. 5000-8000 / bulan / siswa; sehingga amat sangat murah bagi para siswa untuk mencari ilmu & belajar mandiri.


Biaya Ber-silaturahmi di Internet

Silaturahmi, dialog, diskusi adalah cara tradisional bahkan mungkin cara paling kuno untuk membangun kepercayaan / trust. Berbeda dengan dunia nyata dimana kita berada pada saat ini, proses silaturahmi, diskusi & dialog membutuhkan biaya yang mahal & amat sangat tidak effisien. Tidak percaya? Pernahkan kita mendengar adanya dialog nasional? Rekonsiliasi politik? Kompromi politik? Dengar pendapat? Soan dsb. yang memakan banyak uang untuk transportasi, untuk konsumsi para pengantar, ajudan dsb, belum waktu yang harus kita keluarkan.

Memang pada hari ini ada jasa Pos yang mungkin hanya beberapa ribu rupiah saja untuk mengirimkan surat & informasi penting dari satu tempat ke tempat lain. Memang pada hari jasa telepon yang pulsa lokal-nya sekitar Rp. 70-80 / menit & akan naik sebanyak 40-50% dalam waktu dekat.

Jadi apakah keuntungan yang bisa diperoleh dari Internet? Terus terang, biaya Internet saya per bulan adalah Rp. 40-60.000 / bulan dan biaya telepon saya sekitar Rp. 250.000 / bulan. Proses dialog yang dilakukan menghasilkan sekitar 600 surat (e-mail) / hari atau sekitar 18.000 surat / bulan yang dikirim ke ribuan orang ke seluruh dunia. Artinya biaya yang perlu dikeluarkan untuk bersilaturahmi dengan ribuan orang hanya sekitar Rp. 15 / surat. Gilanya, dengan biaya demikian murah surat yang dikirim hanya membutuhkan waktu beberapa menit kadang detik untuk mencapai tujuan sehingga jauh lebih cepat daripada jasa Pos yang membutuhkan waktu beberapa hari kadang beberapa minggu keluar negeri.

Lokasi diskusi di Internet bagi dunia usaha

Tempat diskusi di Internet pada hari ini jumlahnya amat sangat banyak sekali (mungkin puluhan ribu buah). Bagi para pemain yang sering ngobrol di Internet akan terasa sekali manfaat dari disksui ini yang selain meningkatkan kepercayaan antar orang & juga pada akhirnya menimbulkan berbagai transaksi yang menguntungkan bagi semua pihak yang berinteraksi.

Yahoogroups.com (http://www.yahoogroups.com) merupakan salah satu tempat terbesar di Internet tempat pangkalan diskusi berbagai topik mulai dari politik, pendidikan jarak jauh, asosiasi warnet, bisnis, finansial, ketuhanan, rekreasi, sport, seni, kerajinan amat sangat banyak sekali & setiap orang yang memiliki e-mail di yahoo.com (http://mail.yahoo.com) dapat membuat sendiri tempat diskusi-nya yang dapat terbuka ke semua orang di seluruh dunia untuk berpartisipasi. Perlu dicatat bahwa semua ini dilakukan secara gratis tidak perlu membayar apa-apa.

Teknik yang perlu dikuasai untuk berpartisipasi dalam berdiskusi ini hanya kemampuan membaca & menulis e-mail saja. Yang terus terang, amat sangat sederhana & bahkan dapat dilakukan orang para senior kita yang usia-nya diatas 65 tahun.

Untuk berpartisipasi / join sebuah mailing list cukup mengirimkan mail kosong ke nama-mailinglist-subscribe@yahoogroups.com jika kita sudah tahu nama-mailinglist-nya. Jika kita belum tahu nama mailing list yang kita minati, maka kita dapat dengan mudah mencarinya di http://www.yahoogroups.com. Beberapa contoh nama mailing list akan ditampilkan dibawah ini. Jika ternyata tidak ada, maka kita dapat membuat sendiri sebuah mailing list yang kita inginkan.

Adakah mailing list yang cocok untuk usaha kecil & rumah tangga di Indonesia? Jawab singkatnya – amat sangat banyak. Contoh sederhana, kita semua tahu bahwa banyak sekali ibu-ibu di Tasikmalaya, di Padang yang berkarya di rumahnya melakukan usaha bordir yang hasilnya sebagian di jual secara lokal, sebagian lagi di jual ke manca negara melalui pusat pariwisata di Bali misalnya. Tentunya akan sangat menguntungkan sekali jika wawasan & kemitraan para ibu ini dapat diberdayakan agar usaha rumah tangganya menjadi maju. Di yahoogroups.com ternyata tempat belajar, berteman, bermitra tentang bordir, menjahit dll amat sangat banyak dan banyak diminati orang baik beberapa tempat diskusi bahkan mempunyai anggota ribuan jumlahnya. Beberapa nama tempat diskusi mailing list tersebut antara lain TheBBD@yahoogroups.com, Elsasdesigns@yahoogroups.com, CravysEmbroideryShop@yahoogroups.com.

Selain teknik bordir, masih banyak yang lain yang berkaitan dengan ibu-ibu misalnya menjahit di sewing_about, sew-whats-new, Wadeslist, Lookin4designs, digitizewithus, newdesigns dsb. Bagi penggemar membuat Quilt juga ada tempat diskusi seperti quilting_about, scquilters, QuiltersMarket dsb. KitchenCraftnMore, freekidscraft, craftzone, makingfriends yang akan sengat menarik bagi para ibu muda dan putra-putri-nya dan tentunya masih banyak lagi semuanya di yahoogroups.com.

Tentunya bagi para pengrajin di Bali, Jogya, Jepara dsb juga terdapat banyak tempat diskusi yang mungkin akan membawa inspirasi dalam bekerjanya, misalnya, blacksmiths, Artist_blacksmith bagi pengrajin metal; furniture, woodworking, woodplace bagi penggemar & pengrajin kayu / furnitur; jewelrymaking_about, jewelryarts, Wire_Wrap_Jewelry, jewelrytrends bagi para penggemar, pengrajin perhiasan – semua-nya dapat di ikuti melalui e-mail di yahoogroups.com. Tentunya mengerti sedikit membaca bahasa Inggris akan sangat membantu.

Pola usaha melalui silaturahmi di Internet

Untuk dapat berusaha di Internet melalui berbagai mailing list di atas yang perlu dilakukan sebetulnya tidak banyak. Setelah subscribe (berlangganan) ke mailing list yang kita tuju, maka mailbox akan terisi mail diskusi dari mailinglist yang di langgan. Dengan membaca & mempelajari berbagai diskusi yang masuk maka secara naluriah kita akan mengenal medan yang ada di hadapan kita, siapa saja player utama dalam forum tersebut, bagaimana mekanisme usaha yang dilakukan dll. Proses pengenalan medan biasanya membutuhkan waktu agak lama, mungkin sekitar 6-12 bulan, jika kita termasuk peserta pasif.

Jika kita masih kurang PD (Percaya Diri), ada baiknya diskusi dilakukan secara perlahan dengan cara mengirimkan pertanyaan / komentar secara pribadi ke peserta diskusi yang lain. Dengan semakin meningkatnya PD anda dalam lingkungan yang baru ini, maka anda bisa saja mengirimkan mail langsung ke tempat diskusi / mailing list. Semakin banyak anda meresponds kepada rekan-rekan yang lain akan semakin baik untuk memperlihatkan eksistensi kita di forum diskusi dunia maya ini. Tentunya jangan sekali-sekali berbicara / meresponds sembarangan karena akan mengurangi kredibilitas kita sendiri.

Jika kepercayaan / trust telah terbentuk dan semua orang tahu kelebihan yang anda miliki, biasanya berbagai permohonan usaha & jasa akan Insya Allah datang secara perlahan kepada anda. Yang menarik, proses ini membutuhkan biaya yang sangat murah hanya beberapa puluh ribu rupiah per bulan jika dilakukan melalui WARNET; atau sekitar Rp. 40-60.000 / bulan jika dilakukan dari rumah dengan komputer sendiri. Strategi naif ini akan sangat cocok bagi usaha kecil & rumah tangga yang bermodal pas-pasan. Tentunya kemampuan membaca bahasa Inggris akan banyak membantu.

"Onno W. Purbo"

Selengkapnya »»

Senin, 22 Desember 2008

Potensi Pasar Internet Indonesia tahun 2009

Dalam banyak kesempatan, pertanyaan standar yang hampir selalu keluar adalah tentang potensi pasar Internet di Indonesia. Bagaimana struktur pasar-nya? Bagaimana income pengguna Internet di Indonesia? bagaimana cara terbaik untuk menarik mereka? Dsb dsb. Pertanyaan ini memang sangat standar sekali bagi rekan-rekan yang ingin melakukan usaha di Internet apakah itu e-commerce, membuat portal, bahkan membuat ISP.


Memang tidak ada data statistik yang resmi tentang potensi pasar tersebut. Data yang biasanya di suguhkan oleh APJII dan rekan-rekan biasanya. Subscriber Internet di Indonesia adalah sekitar 270-300.000 subscriber, dengan asumsi satu account digunakan oleh 3 orang maka akan diperoleh angka sekitar 1 juta pengguna. Sebagian besar berlokasi di Jakarta, sangat dimengerti sehingga hampir semua ISP praktis akan mempunyai basis di Jakarta sebelum mengembangkan cabangnya di kota-kota lain. Hanya sedikit ISP yang berbasis di luar Jakarta, seperti mitranet, melsa, elga dll. Karena biaya telekomunikasi yang tinggi dapat di mengerti juga bahwa para pengguna jenis ini umumnya adalah dari kalangan menengah ke atas yang mempuyai komputer & telepon di rumahnya.

Terus terang saya pribadi melihat informasi yang di suguhkan oleh kebanyakan rekan-rekan amat sangat terlalu pesimis. Mengapa demikian? Seperti kita tahu teknologi warung internet yang sangat memungkinkan untuk mengkaitkan beberapa komputer ke Internet menggunakan satu saluran telepon yang sama, bahkan dengan teknologi warnet dengan satu account di ISP dalam memberikan e-mail pada sejumlah pengguna yang praktis tidak terbatas menggunakan server seperti Linux, MDAEMON dll. Kurang ajarnya, sebagian besar WARNET, sekolah, perguruan tinggi, kantor-kantor khususnya yang kecil akan berlangganan account personal (perorangan) ke ISP untuk mengkaitkan seluruh jaringan yang ada. Memang cara berlangganan secara personal kemudian di share ke banyak orang adalah cara yang paling sederhana & murah untuk dapat mengakses Internet.

Bayangkan pada saat ini saja (bulan April 2000), kondisi WARNET adalah sekitar 70 di Bandung, 40 di Bogor, 70-80 di Jogya, >100 di Jakarta. Dengan rata-rata 200-300 pelanggan setiap WARNET maka kita akan melihat pengguna WARNET sekitar 300-400.000 di seluruh Indonesia yang umumnya anak muda. Belum lagi seperti kita tahu bahwa ada 275 SMK (STM) di seluruh Indonesia yang telah terkait ke Internet hingga akhir tahun ini akan ada sekitar 750 SMK yang terkait yang semuanya di koordinasi oleh DIKMENJUR di dikmenjur@egroups.com. Dengan jumlah rata-rata 700 siswa / SMK, maka kita melihat sekitar 2 juta siswa SMK di Internet yang pada akhir tahun 2000 ini akan meningkat menjadi 3-4 juta siswa SMK di Internet Indonesia. Jika kita cukup jeli lagi, ada sekitar 150-200-an PTS/PTN seluruh Indonesia yang terkait ke Internet dengan rata-rata aktif user antara 1500-5000 pengguna, bisa kita bayangkan berapa ratus ribu orang dari pengguna perguruan tinggi saja. Belum termasuk pengguna TelkomNet Instant.

Dari perhitungan sederhana di atas terlihat bahwa sebetulnya pengguna Internet di Indonesia sebetulnya sangat banyak bisa antara 3-4 juta orang. Tapi memang sebagian besar adalah anak-anak ABG yang masih sangat muda, dan berjiwa muda. Tentunya cara penetrasi ke masyarakat ABG ini akan sangat lain terutama karena kantong mereka juga cekak.

"Onno W. Purbo"
Selengkapnya »»

Strategi Penetrasi e-commerce & Dotcommers di Indonesia

Indonesia hari ini di servis oleh 40-an Internet Servis Provider (ISP) dari 130-an ISP lisensi yang ada. ISP Indonesia melayani sekitar 1,5 juta pengguna aktif. Mereka sebagian besar anak muda 20-30 tahun & berpendidikan SMU ke atas. Apakah kondisi pasar ini menjadi potensial untuk melakukan e-commerce? Paling tidak survey yang dilakukan MarkPlus & Swa di awal tahun 2000 menunjukan kurang dari 10% dari 1000+ responden yang melakukan pembelian melalui kartu kredit.
Dengan teknologi warung internet jika diimplementasikan ke pusat massa seperti sekolah, perkantoran, wartel, perguruan tinggi, pesantren, madrasah sebetulnya kita dapat dengan mudah melihat 20-an juta pengguna Internet dalam waktu 2-3 tahun mendatang. Bahkan secara teknologi sebetulnya kita bisa menekan biaya akses Internet menjadi sekitar Rp. 10-30.000 / bulan / orang termasuk untuk keperluan SLJJ & SLI menggunakan internet telepon. Untuk sebagian lembaga pendidikan tinggi kita dapat menekan biaya sampai sekitar Rp. 5000 / bulan / mahasiswa. Cerita akan menjadi lebih seru jika kita bisa mencapai target untuk memberikan akses internet kepada setiap orang di Asia Pasifik sebelum tahun 2005 seperti dicanangkan oleh Asia Pacific Summit Information Society di Tokyo bulan Oktober 2000 yang lalu dengan mengeluarkan Tokyo Declaration & Action Plan. Bayangkan kita akan melihat paling tidak 150-an juta orang Indonesia di Internet tentunya akan menarik cerita ini. Dengan kondisi yang serba terbatas tentunya kita harus jeli dalam melakukan manouver agar survive dalam usaha yang dilakukan.

Berbagai media massa maupun rangkaian seminar yang demikian gencar tentang e-commerce memang cukup mengangkat konsep e-commerce ke permukaan. Bahkan sering kali e-commerce hampir didaulatkan menjadi salah satu cara yang paling ampuh untuk berusaha di Internet. Lebih sial lagi, konsep e-commerce sering di campur adukan dengan media online kerane keberhasilan detik.com, astaga!com, satunet dll. Akhornya sering kita terjebak dalam pola fikir bahwa untuk sukses di Internet harus mempunyai portal yang memuat banyak berita, yang mempunyai banyak produk yang di tawarkan melalui Web, yang berhasil memotong / memperpendek rantai supply, yang terkait ke payment gateway yang dioperasikan oleh Bank. Belum lagi kompleksitas teknologi yang banyak di dengungkan mulai dari push technology, authentication, certificate authority (CA), digital signature, biometric authentication (finger print, voice recognation, muka, mata), XML, HTML, Storage Access Network (SAN) dll semua rasanya demikian kompleks untuk menjalankan e-commerce secara “baik” dan “benar”. Memang pola fikir demikian tidak ada salahnya terutama bagi mereka yang bermodal kuat, masalah utama yang menjadikan cerita e-commerce menjadi menantang karena ternyata pengguna Indonesia & di dunia di dominasi anak muda - artinya bukanlah pasar yang mempunyai uang cukup banyak untuk dibuang untuk hal yang konsumtif. Di tambah sialnya cyberpreneur muda ini juga umumnya tidak mempunyai cukup uang / finansial yang kuat untuk menahan napas melawan portal besar yang jor-joran membagi servis-nya secara cuma-cuma.

Mungkinkah para dotcommers muda mampu bertempur melawan para pebisnis kawakan dari old economy? Mengapa tidak? Kenyataannya, saat ini tidak banyak orang yang betul-betul menguasai teknik untuk berusaha di Internet. Para pebisnis dunia lama-pun sebetulnya masih meraba-raba cara yang paling baik untuk melakukan penetrasi di dunia Internet. Dengan kondisi yang sama-sama sedang belajar ini sebetulnya kesempatan para dotcommers muda untuk survive sama dengan para pebisnis kawakan dari old economy.

Teknologi memang bukan merupakan fokus utama dalam kesempatan ini. Saya yakin para pembaca mulai bisa merasakan bahwa e-commerce maupun media online bukan satu-satunya cara untuk bisa survive dalam dunia maya. Apalagi pengusaha e-commerce & media online yang ada umumnya memposisikan pengguna sebagai konsumen, sehingga pengguna mengeluarkan uang untuk bertransaksi. Memposisikan pengguna lain sebagai konsumen mengandung konsekuensi finansial cukup besar untuk iklan & promosi, untuk server multimedia, untuk membangun content yang bisa menarik pengguna lain untuk masuk dan mengikat dirinya ke fasilitas yang kita sediakan. Pola old economy tampaknya masih banyak tertanam di banyak dotcommers di Indonesia maupun di luar negeri yang umumnya berfikiran bahwa dotcommer harus menyediakan fasilitas untuk menarik demand. Pola supply created demand bukanlah pola yang baik untuk di ikuti oleh sebagian besar dotcommers muda yang umumnya kekurangan dana.

Melihat kenyataan bahwa banyak dotcommers / cyberpreneur yang survive dalam kehidupannya di Internet menunjukan bahwa ada model-model usaha selain e-commerce & media online yang cocok bagi dotcommers muda yang bermodal pas-pasan. Berbeda dengan pola old economy yang sifatnya lebih top down dan supply created demand dengan konsekuensi finansial yang tinggi. Pada dotcommers muda dengan modal pas-pasan hampir dapat dipastikan untuk dapat survive harus membalikan paradigma menjadi demand created supply berbasis pola kemitraan yang tidak membedakan derajat seseorang sebagai supplier / produsen / konsumen. Memang pola kemitraan ini menyebabkan sistem menjadi lebih sosialis & bersifat gotong royong akan tetapi sangat ampuh bagi dotcommers yang masih muda dan dana terbatas.

Untuk memaksimalkan penguasaan medan di internet sedikit pengetahuan tentang prinsip dasar karakteristik Internet akan sangat membantu. Karakteristik Internet sangat berbeda dengan umumnya media massa yang lebih bersifat tayangan satu arah saja. Internet merupakan media yang sangat memungkin untuk melakukan interaksi yang sangat intensif dengan banyak orang sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Kemampuan untuk mengeksploitasi karakteristik interaktif ini yang akan menjadi kunci survive seorang cyberpreneur di Internet; baik para veteran maupun dotcommers muda.

Tambahan khusus untuk situasi Indonesia kita harus jeli mensiasati kondisi infrastruktur Internet yang demikian lambat, penggunaan teknologi multimedia yang mewajibkan infrastruktur berkecepatan tinggi akan menghalangi kita dalam melakukan penetrasi ke masyarakat internet di Indonesia yang kebanyakan hanya mampu membayar akses jasa yang sifatnya text based seperti e-mail. Kebanyakan para pengusaha kaya justru mengkonsentrasikan pada proyek mercusuar multimedia dan padat teknologi, hal ini bisa jadi nantinya merupakan kesalahan paling fatal yang tanpa di sadari dilakukan secara berulang. Itulah paradigma supply created demand yang sering overshoot dalam membidik sasaran karena difokuskan pada penampilan fisik.

Berbeda dengan dunia fisik dimana kita berada & bekerja yang biasanya lebih mudah merepresentasikan hal yang sifatnya material fisik. Di Internet kita berenang dalam lautan informasi & pengetahuan. Berbeda dengan dunia nyata yang lebih banyak di dominasi oleh kualitas material fisik yang kita miliki / kita hasilkan; dalam dunia Internet kebaikan / keberhasilan akan lebih di tentukan oleh kualitas informasi dan pengetahuan yang kita hasilkan dan kita sebarkan ke masyarakat melalui berbagai media termasuk melalui internet baik secara satu arah maupun interaktif dua arah.

Karena semua pengusaha di Internet sebetulnya masih dalam taraf belajar, secara logika sederhana Internet pasti tidak hanya diperuntukan bagi orang / konglomerat yang bermodal kuat; atau orang dekat dengan kekuasaan dan perusahaan yang di dukung oleh banyak sekali pakar / ahli. Dunia Internet layaknya sebuah dunia kebebasan, tidak ada satu kekuasaan-pun termasuk para kroni-nya yang bisa menguasai dunia Internet secara utuh, sekedar kaya & bermodal kuat tidak akan cukup untuk menguasai Internet; bahkan di bantu oleh ratusan konsultan / pakar dalam membangun situs di Internet tidak menjamin sama sekali. Lebih sial lagi berbagai teknik / strategi dotcommers yang mungkin sukses besar di luar negeri belum tentu cocok dengan Indonesia yang budaya & infrastrukturnya lebih sederhana.

Bagi para veteran Internet Indonesia yang sudah bermain e-mail sejak tahun 1985-an secara naluriah akan dapat menentukan cara yang paling effektif dan halus tanpa melakukan pemaksaan untuk penetrasi ke dalam image para pengguna Internet yang ada di Indonesia. Masyarakat Internet sangat berbeda sekali karakteristik-nya dengan masyarakat umumnya di Indonesia yang relatif agak mudah untuk di arahkan, di gerakan, di kontrol oleh kekuasaan dll. Di Internet dengan komposisi pengguna yang umumnya berpendidikan dan masih muda menyebabkan kemapanan menjadi sesuatu yang tidak terlalu menguntungkan; kedinamisan justru yang akan menjadi hal yang sangat menarik di Internet. Ketidak mapanan ini yang akhirnya menjadi kunci utama bagi kaum muda dan orang yang dinamis untuk mengeksploitasi & melakukan penetrasi di Internet.

Pada akhirnya bukan modal, bukan kekuasaan yang akan menentukan kemampuan seseorang / sekelompok orang untuk survive di Internet akan tetapi dinamika & kemampuan berteman (networking). Keaktifan dalam berinteraksi dan berpartisipasi dalam komunitas pada akhirnya akan menjadi kunci keberhasilan utamanya. Contoh legendaris tentang ini adalah sistem operasi Linux yang di awali keisengan Linus pada waktu dia masih mahasiswa. Linus melepaskan sistem operasinya secara cuma-cuma (gratis) ke masyarakat maya di Internet dan kemudian bersama-sama mengembangkan sistem operasi tersebut dengan bekerjasama dengan banyak orang di seluruh dunia. Komunitas terbentuk tidak ada batasan yang jelas antara produsen, programmer, pengguna, konsumen semua sejajar bekerja bahu membahu saling tolong menolong untuk kebaikan bersama. Memang di awalnya terlihat kumuh akan tapi dalam selang waktu hampir 10 tahun akhirnya terbentuk komunitas yang sangat solid bahkan merupakan kompetitor yang berbahaya bagi microsoft.

Pola yang sangat mirip dengan gerakan Linux telah pula terjadi di Indonesia tepatnya di gerakan pengembangan warung Internet di Indonesia. Saat ini ada 1000+ Warung Internet di seluruh Indonesia dengan markas-nya di asosiasi-warnet@egroups.com yang di arsipkan di http://www.egroups.com. Berbagai informasi tentang warnet di Indonesia bisa dilihat di beberapa situs seperti http://www.detik.com/net/kolom-warnet, http://warnet.idaman.com & http://www.natnit.net. Secara finansial sebetulnya tidak uang yang berputar dalam usaha Warnet di Indonesia telah mencapaian puluhan milyard rupiah bahkan dalam waktu dekat akan mendekatan ratusan milyard rupiah, sebuah perputaran uang yang tidak bisa di sepelekan oleh semua pihak. Sukur alhamdullillah saat ini tidak dikuasai & di monopoli oleh siapapun. Berawal dari seminar WARNET yang pertama di ITB di akhir Januari 2000 terus berkembang ke berbagai diskusi di mailing list di Internet yang di sertai dengan berbagai aktifitas roadshow seminar, workshop di berbagai kota di Indonesia. Komunitas Warnet menjadi semakin kuat dengan terbentuknya Koperasi Warnet seperti di Bandung & Surabaya untuk secara bersama menyewa bandwidth dalam kecepatan beberapa Mbps ke Internet untuk kemudian di pakai bersama oleh puluhan warnet di masing-masing kota. Belum lagi jika WARTEL bersedia di ajari untuk memberikan akses e-mail yang murah. Bukan mustahil paling tidak 20-an juta bangsa ini bisa mengakses Internet dengan biaya hanya Rp. 10-30.000 / bulan / orang termasuk di dalamnya biaya SLJJ, SLI yang murah karena menggunakan teknologi VoIP. Keberadaan komunitas Warnet ini sangat strategis untuk saling belajar, saling membantu, bergotong royong membangun jaringan termasuk secara bersama menawar kepada pihak Telkom, Indosat maupun POSTEL agar Warnet memperoleh posisi yang lebih baik. Belum lagi dihitung berapa banyak para sponsor, vendor yang dengan suka rela mengeluarkan uang juta-an rupiah untuk mensponsori berbagai acara seminar & pemandaian bangsa ini agar pengusaha warnet semakin banyak.

Keberadaan komunitas warnet yang demikian solid telah secara nyata menunjukan sebuah pola usaha di Internet yang sangat lain dari old economy. Komunitas yang saling tolong menolong, usaha kecil rumahan, teleworker mandiri yang bekerja sendiri, pengrajin metal di Bali yang mengekspor hasilnya ke Eropa, pengrajin bordir di Tasikmalaya yang mengekspor hasilnya ke luar negeri semua bernaung dalam komunitas-komunitas yang dibangun di atas infrastruktur warung internet yang banyak bertebaran. Secara umum semua merupakan komunitas usaha kecil yang saling bekerjasama untuk membangun sesuatu yang besar. Di Internet keberadaan jaringan, kenalan, teman, akses ke informasi & pengetahuan menjadi aset yang luar biasa berharganya - jauh lebih besar daripada aset fisik yang biasa, karena di Internet kita lebih banyak berinteraksi dengan informasi & pengetahuan dengan ketergantungan yang sangat minimal kepada tampilan / aset fisik.

Jangan kaget kalau kekuatan komunitas usaha kecil menengah ini jauh lebih besar daripada usaha-usaha biasa di old-economy. Bayangkan seorang cyberpreneur / dotcommer muda berpakaian sandal, jeans, celana pendek & baju kaos saja mungkin berusia 20-25 tahun bekerja sendiri menggunakan peralatan PC atau laptopnya dilengkapi akses Internet bukan mustahil akan menghasilkan Rp. 5-10 juta / bulan tanpa perlu banyak keluar rumahnya untuk bekerja di kantoran. Tidak ada lagi kebutuhan untuk mencari kerja di perusahaan-perusahaan besar, bekerja kantoran yang harus datang tepat waktu di pagi hari dan pulang malam hari. Tak ada lagi ikatan terhadap waktu. Tidak perlu penampilan fisik yang terlalu wah dan mahal. Kedekatan dengan kekuasaan old economy tidak menjadi nilai tambah. Keberhasilan lebih banyak di tentukan oleh sedikit hal saja seperti kemauan untuk memberi yang terbaik untuk komunitas / masyarakat, kemauan bekerjasama, tingkat intelektualitas, luasnya wawasan & pengetahuan - tidak lebih banyak dari hal itu.

Internet, e-commerce, warung internet & web memang menjadi alat bantu utama, akan tetapi bukan tujuan utama. Keberhasilan & sukses lebih banyak di tentukan oleh kemauan memberikan servis ke masyarakat banyak, bergotong royong, berinteraksi & bekerjasama membangun komunitas. Saya yakin sebagian besar dari kita di Indonesia mempunyai kemampuan yang dibutuhkan untuk survive bahkan sukses dalam usahanya dibantu Internet. Semoga sukses.

"Onno W. Purbo
Penulis Teknologi Informasi"
Selengkapnya »»

Template by:
Free Blog Templates