Selasa, 23 Desember 2008

Trade-Net: Sebuah Konsekuensi Internet bagi dunia Usaha / Bisnis.

Harus kita akui bersama bahwa perkembangan Internet di Indonesia terutama beberapa bulan belakangan demikian pesat dengan adanya usaha dari berbagai pihak untuk berkontribusi dalam bisnia dunia informasi ini. Belum lagi dengan dikeluarkannya ijin bagi paling tidak 16 Internet provider di Indonesia dan beberapa puluh lagi yang sedang menunggu ijin - akan menambah marak dunia bisnis informasi di Indonesia. Tiga aspek utama yang membangun keberadaan Internet, yaitu, Komputer (Computer), Komunikasi (Communication) dan Isi (Content) 3C di dunia informasi tampak secara serentak tumbuh di Indonesia.


Di sisi perkembangan bisnis komputer (Computer) tampak menunjuk prospek yang cerah seperti di analisa oleh Majalah SWA (Desember 1996) - komponen perangkat keras akan mendominasi konsentrasi dana dalam bisnis ini hingga mencapai hampir 70% dana yang berputar.
Di sisi fasilitas komunikasi data (Communication), berbagai operator telekomunikasi telah secara serius membangun jaringan data untuk menjadi tulang punggung data nasional. Beberapa usaha yang patut diacungkan jempol antara lain, PT. Aplikanusa Lintas Arta yang berusaha mengembangkan jaringan Frame Relay 2Mbps di 17 kota di Indonesia, PT. Telekomunikasi Indonesia yang berusaha menggelar Servis Pasopati (B-ISDN 2Mbps) rencananya di 4-5 kota di Indonesia, PT. Pos Indonesia yang menggelar 22 node VSAT beberapa diantara dengan kecepatan 64Kbps untuk akses ke Internet, beberapa Internet Provider seperti IndoInternet dan Sistelindo yang mempunyai beberapa cabang di kota besar Indonesia. Belum lagi operator VSAT, seperti PT. Elektrindo Nusantara, PT. Aplikanusa Lintas Arta, PT. Citra Sari Makmur, PT. Primacom yang menggelar jaringan VSAT yang relatif murah. Beberapa diantaranya ada yang mampu dengan mudah & murah ditumpangi traffic Internet, seperti usaha yang dilakukan PT. Elektrindo & Lintas Arta.
Perkembangan yang tidak kalah menarik adalah perkembangan di sisi Isi (Content) informasi yang digelar di saluran-saluran informasi ini. Beberapa puluh perusahaan di Indonesia telah mulai menggelarkan Web / Home Page perusahaan masing-masing di Internet, mulai dari Grup Bakrie, Grup Mulia, Grup Hotel Jayakarta, BII, BPIS, berbagai media massa (KOMPAS, Republika, SWA, dll) sampai TopFM & Timelife Book, dsb. Hal ini menunjukan bahwa dunia bisnis telah secara serius melihat potensi pasar dunia informasi secara serius. Melihat statistik Web yang ada, traffic yang diakibatkan oleh Web / Home Pages ini sebesar 80-100Mbyte per hari dengan 70% traffic ternyata untuk konsumsi dalam negeri. Hal ini akan memperkuat perlunya jaringan tulang punggung data nasional.
Ada beberapa hal yang cukup serius perlu dipikirkan secara bersama oleh para operator maupun pengusaha yang ingin bergerak di dunia usaha informasi ini. Hal yang sering menjadi kendala adalah masalah keamanan mentransmisikan data / informasi bisnis di saluran data umum. Sebagai contoh, nomor kartu kredit akan menjadi minat para pencuri informasi jika ditransmisikan tanpa security measure di saluran komunikasi umum. Belum lagi jika ingin dilakukan transaksi otomatis antara pihak supplier, distributor, pembawa barang dan penerima barang maupun sistem lainnya yang mensupport keberadaan sistem dagang (trade) secara elektronik seperti Bank, Bea Cukai, Pajak, dll.
Menarik untuk mempelajari beberapa sistem Trade-Net berbasis teknologi informasi / Internet yang beroperasi, sebagai contoh di Singapura / Australia / Jepang proses "paperless work" yang dilakukan untuk melakukan import / export barang dapat dilakukan dalam jangka waktu tidak lebih dari lima (5) menit secara elektronik menghubungkan berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha eksport / import. Bandingkan dengan Indonesia yang mungkin diperlukan waktu beberapa hari kalau tidak beberapa bulan. Hal ini menjadikan negara-negara tersebut menjadi sangat kompetitif dalam berdagang di era globalisasi mendatang dimana kecepatan arus informasi menjadi aset mutlak.
Dalam pertemuan Asia Pasifik di Bangkok, Desember 1995 dan di Singapura, January 1996 penulis berkesempatan secara langsung berdiskusi dan bertukar pengalaman dengan rekan-rekan Asia Pasifik. Dari pengalaman banyak negara Asia Pasifik, agak berbeda dengan kondisi perkembangan Internet & teknologi informasi di Indonesia, ternyata keberhasilan mereka banyak didorong justru oleh pihak pemerintah. Pemerintah dibantu berbagai pihak (termasuk perguruan tinggi) perlu barangkali untuk mengusahakan sebuah Electronic Data Interchange (EDI) Council - yang mengarahkan standarisasi pertukaran data bisnis secara aman. Contoh yang sangat menarik adalah usaha National Computer Board (NCB) pemerintah Singapura yang akhirnya menelurkan beberapa perusahaan swasta yang merupakan spin-off.
Berbagai bentuk EDI Council & National Computer Board perlu di arahkan secara benar dengan dimotori oleh pakar-pakar teknologi informasi & sebaiknya bukan oleh tenaga strukturil yang ada di Indonesia. Kepakaran & tenaga fungsional menjadi penting artinya dalam bergerak di dunia informasi yang tidak lagi terikat pada dimensi birokrasi, dimensi ruang maupun dimensi waktu. Identifikasi pakar teknologi informasi di Indonesia sebetulnya dapat dengan mudah dilakukan dengan memonitor aktifitas Internet di Indonesia.
Keberhasilan sebuah sistem informasi sangat tergantung pada kemampuan kita bekerjasama antar instansi; di samping faktor manusia (SDM) sebagai kunci utamanya. Usaha secara bersama untuk membentuk EDI Council dan National Computer Board akan menjadi strategis untuk membentuk arah pembangunan jaringan informasi secara bersama. Standarisasi yang terbuka pada akhirnya akan memungkinkan Indonesia untuk bahu membahu maju secara bersama.

"Onno W. Purbo, Computer Network Research Group, PAU Mikroelektronika, Institut Teknologi Bandung."

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates