Minggu, 21 Desember 2008

Model Usaha SOHO di Internet

Di sela-sela gegap gempita-nya usaha di Internet yang kaya teknologi informasi, ada e-commerce, marketplace, marketspace, e-bisnis, vertical network, horizontal market, yang di dukung banyak teknologi, ada wireless LAN, certificate authority (CA), registratation authority (RA), public key infrastructure (PKI), XML, HTML, HTTP, POP, SMTP, SMB, SSL, SET, RC4, DES, RSA … apakah demikian sulitnya untuk berkiprah dalam dunia usaha di Internet?

Mungkinkah seorang dapat berkiprah di Internet dengan modal niat baik? Kemauan yang kuat? Kemampuan untuk bekerja keras? Hubungan silaturahmi? Hubungan baik dengan teman? Kepercayaan (trust)? Rasanya untuk berkiprah di dunia nyata tidak banyak modal yang dibutuhkan, bahkan beberapa orang dengan bermodal dengkul-pun mampu untuk sukses di dunia nyata … mungkinkah pola dunia nyata yang sederhana dapat diterapkan di dunia maya?



Small Office Home Office yang lebih dikenal sebagai SOHO barangkali menarik untuk di amati. SOHO adalah seseorang yang bekerja di rumah, tanpa perlu pergi ke kantor. Dalam bahasa sederhananya, rumah-nya ya kantor-nya. Rasanya hanya seniman / entertainer yang pada hari ini di Indonesia yang kebanyakan bekerja sendiri, kebanyakan jenis usaha profesional lainnya masih bergantung pada struktur perkantoran / badan supaya terasa lebih legitimate. Kebetulan model usaha SOHO saya jalani sendiri sebagai bekas pegawai negeri sipil (PNS) dan bekas dosen ITB yang sudah tidak mengajar dimana-mana & praktis tidak bekerja dimana-mana.

Dalam dunia Internet kita cukup beruntung, informasi bergerak dengan terlalu cepat. Konsekuensinya cukup menarik, birokrasi & struktur yang biasanya menjenjang informasi menjadi runtuh. Substansi informasi menjadi lebih penting daripada penampilan secara fisik. Kepemilikan kantor yang mewah, mobil dinas mewah menjadi tidak relevan untuk menjerat klien / mitra di dunia maya. Jenjang & derajat kepangkatan menjadi tidak relevan, manusia sejajar sama satu sama lain – memang masing-masing memiliki kelebihan & kekurangannya masing-masing. Networking yang win-win antar mitra menjadi dominan. Kemampuan intelegensia substantif menjadi salah satu kunci utama kesuksesan usaha di dunia maya.

Tentunya tidak hanya intelegensia saja yang penting untuk sukses, pada akhirnya kelanggengan usaha kita di pertaruhkan. Seperti hal-nya dunia nyata kelanggengan usaha hanya mungkin terjadi jika ada kepercayaan (trust) dari mitra / partner / klien / pelanggan kita. Di dunia nyata trust sering di asosiasikan dengan bonafiditas, kemewahan dsb. Dalam dunia maya / SOHO, trust lebih banyak dibangun oleh profesionalisme, tepat waktu, tidak mengingkari janji yang lebih intangible sifatnya. Masuk akal memang, siapa yang bisa melihat penampilan kita sehari-hari di dunia maya? Oleh karenanya jangan kaget kalau melihat karakteristik pelaku Internet yang rata-rata santai & terkesan informal, karena memang sehari-harinya bukan penampilan fisik yang memberi mereka nilai tambah yang besar.

Seni lain-nya yang perlu kita kembangkan adalah teknik memperluas tali silaturahmi dan pertemanan. Pada akhirnya pekerjaan lebih banyak diperoleh karena hubungan teman, hubungan baik dengan mitra. Pada akhirnya, manusia akan mencari orang yang paling dapat dia percaya untuk menjalankan apa yang mereka inginkan. Adalah wajar jika seseorang tidak mau menyia-nyiakan uangnya dan merugikan diri sendiri, kecuali kalau KKN dibudayakan. Proses pembangunan kepercayaan ini secara sederhana dilakukan melalui silaturahmi dengan teman, mitra, partner tersebut. Kita beruntung dengan adanya internet, proses silaturahmi dapat dilakukan secara virtual tanpa perlu hadir secara fisik. Jadi sebetulnya tidak perlu kita “soan” secara fisik ke mitra / partner.

Biaya silaturahmi ini tidak mahal, bayangkan saja saya yang setiap harinya menerima sekitar 600-an e-mail setiap hari membutuhkan biaya hanya Rp. 40.000 / bulan untuk ISP & Rp. 250.000 / bulan untuk Telkom (kecuali nanti sesudah April dimana pulsa naik 40%). Tentunya biaya ini sebetulnya dapat ditekan menjadi Rp. 5000-20.000 / bulan / orang jika dilakukan di WARNET / di sekolah / di kampus.

Bentuk silaturahmi substantif yang menjadi standar di kalangan netters adalah melalui mailing list di Internet. Mailing list secara sederhana merupakan tempat diskusi menggunakan fasilitas e-mail di Internet, kebanyakan dilakukan menggunakan servis yang diberikan oleh yahoogroups.com. Ada banyak sekali tempat diskusi yang di setup di yahoogroups.com kita dapat memilihnya tergantung topik yang kita sukai. Mulailah dari silaturahmi di mailing list Internet, tali pertemanan secara perlahan di bangun. Saya pribadi aktif di mailing list sejak tahun 1986-an.

Berbasis pada rasa kepercayaan (trust) yang dibangun dari diskusi secara profesional setiap hari di mailing list, maka jangan kaget kalau suatu hari nanti ada orang-orang yang datang & menawarkan pekerjaan-pekerjaan kepada anda. Semua terjadi tanpa perlu kita sulit-sulit mencari / melamar pekerjaan. Keaktifan dalam berbagai diskusi di mailing list Internet, kepercayaan (trust) & tali persahabatan akan di bangun secara perlahan yang pada akhirnya akan mendukung pola kerja SOHO (di rumah). Tentunya kita harus memilih mailing list yang baik untuk ini semua, jangan memilih mailing list yang secara substansial tidak baik.

Menarik untuk disimak bahwa semua ini dilakukan dengan modal minimal berupa niat dan akses ke WARNET. Dalam bentuk finansial membutuhkan Rp. 5000-300.000 / bulan tergantung cara / teknik kita mengakses Internet. Jika kita cukup pandai, sebetulnya semua proses dapat gratis bahkan memperoleh keuntungan finansial pada saat proses terjadi. Hal ini yang terjadi pada sebagian mahasiswa ITB yang menjadi anak didik saya dulu.
"Onno w. Purbo"

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates