Rabu, 24 Desember 2008

Migrasi ke e-commerce

Tulisan ini merupakan saduran bebas dari tulisan "migrating to e-commerce" oleh Benoit Marchal. Tulisan ini agak berbau Netscape, karena Benoit menulis di netscape. Tidak persis sama karena sebagian disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

Sebuah contoh klasik yang sering digunakan dalam e-commerce adalah amazon.com (http://www.amazon.com) sebuah toko buku maya di Internet yang demikian "sukses-nya" dalam menjual bukunya sehingga toko buku tradisional yang besar seperti Barnes and Noble merasa terancam. "sukses" memang diberikan tanda kutip disini karena kesuksesan utama dari toko buku amazon.com adalah harga penjualan saham yang demikian tinggi pada saat IPO (jual saham) maupun pergerakan sahamnya yang terus menanjak. Kalau diteliti lebih lanjut menurut laporan-laporan yang ada sampai saat ini amazon.com belum memperoleh keuntungan secara riil. Di satu sisi ide dan usaha internet ternyata berharga mahal, disisi lain harus berhati-hati karena harus dapat memilah mana yang riil mana yang maya :-) ...



Pada saat ini mulai banyak enterpreneur online (cyberpreneur), termasuk pengusaha yang mapan berusaha terjun ke e-commerce, diantara e-toko yang bermunculan anda akan melihat pengusaha muda (startup companies) maupun pengusaha mapan. Mereka secara bersama-same berusaha membuka pasar baru di dunia cyber, umumnya pendekatan diantara keduanya akan berbeda di beberapa aspek yang sifatnya praktis. Pengusaha muda (startup) umumnya sangat antusias dengan fleksibilitas yang tinggi. Fleksibilitas tersebut juga tampak pada teknologi yang digunakan, startup companies dapat mengatur infrastruktur teknologi yang digunakan disesuaikan dengan e-toko mereka. Tidak demikian dengan pengusaha lama, mereka harus lebih berhati-hati terutama untuk menjaga nama baik mereka.

Tulisan ini sebetulnya lebih di arahkan kepada pengusaha yang sudah mapan / lama yang ingin melakukan migrasi menuju e-commerce. Tulisan ini terutama di tujukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul pada para pengusaha mapan yang ingin masuk ke e-commerce.

Kita akan memulainya dengan overview dari e-commerce dan ilustrasi apa beda e-toko dengan situs web yang sering digunakan orang. Tentunya kita juga perlu melihat beberapa isu kritis di organisasi yang harus di ubah / di sesuaikan sebelum kita bisa masuk ke hal-hal yang sifatnya lebih teknis.

Sepintas tentang e-commerce
e-toko, e-mall, e-pasar pada dasarnya berbeda dengan situs web tradisional. Perbedaan mendasarnya memang bukan di sisi teknis, karena keduanya (e-toko dan web) menggunakan teknologi web yang sama, termasuk HTML / DHTML, Java, JavaScript dan CGI. Perbedaannya terutama pada tujuan situs tersebut maupun audience (pengunjungnya).

Situs web tradisional terutama dibangun sebagai alat bantu pemasaran, pada dasarnya sebuah alat komunikasi modern. Tujuan / goal sebuah situs web adalah untuk menarik pengunjung, untuk meningkatkan awareness dari jasa & produk, kesuksesan sebuah situs web ditentukan dari tinggi-nya hit rate. Sedang situs e-commerce tidak lagi merupakan alat pemasaran, mereka mengimplementasikan langkah lebih lanjutnya yang mempererat antara penjual dan pembeli. Hal ini akan terjadi pada saat si pembeli bukan hanya sekedar aware akan produk yang dijajakan tapi juga ingin membeli produk tersebut saat itu juga (on the spot). Berarti tujuan sebuah e-toko, e-mall adalah untuk menarik para pembeli, dan kesuksesan diukur dari nilai transaksi jual beli yang terjadi. Tekanan pada keuntungan yang langsung diperoleh yang membedakan antara situs web tradsional dan situs e-commerce.

Oleh karena tujuan yang sangat berbeda tersebut, situs e-commerce biasanya dibangun oleh team yang jauh lebih besar. Situs web tradisional biasanya di rancang oleh bagian pemasaran atau advertising agency sebagai komplemen (bahkan kadang-kadang merupakan pengganti) kampanye konvensional seperti melalui TV, radio dan media cetak. Pada e-shop, e-mall team perancang mau tidak mau harus melibatkan banyak bagian yang lain seperti bagian penjualan (sales), untuk komplemen atau menggantikan jalur distribusi lain seperti reseller atau direct mail. Tentunya agak sulit memisahkan antara sisi komersial (sales) dengan sisi komunikasi (pemasaran) sering kali kita harus melakukannya secara bersamaan.

e-commerce meliputi sebuah kategori solusi yang sangat lebar. Akan sangat sulit membandingkan sebuah situs web sederhana dari seorang mahasiswa yang menjual shareware-nya melalui formulir registrasin sederhana, dengan sebuah e-toko yang lengkap seperti iPrint (http://www.iprint.com)? Sulit memang tapi jika kita perhatikan baik-baik akan terlihat beberapa hal yang sama, seperti semua e-toko cenderung menggunakan script di server (CGI, WAIS, servlets, dan masih banyak lagi) di samping itu juga umumnya bergantung pada database untuk menyimpan tidak hanya pesanan dan registrasi pembeli, tapi juga informasi produk.

Di samping hal teknis di atas, solusi e-commerce ternyata mempunyai wilayah cakupan geografis yang amat sangat beragam sekali. Umumnya enterpreneur internet masa lalu berargumentasi bahwa dengan e-commerce anda dapat mengglobal. e-commerce akan sangat berbeda bentuknya untuk membuka pasar yang sama sekali baru, ternyata e-toko yang sifatnya lokal seperti groceries, pizza juga dapat berusaha dengan baik di e-commerce.

Sebetulnya e-toko, e-mall dan e-pasar merupakan aplikasi web yang sangat rumit.Karena bertumpu pada database, e-toko ini sebetulnya bergantung pada teknologi yang telah banyak digunakan di Intranet. Sebagian besar teknologi & berbagai teknik membangun intranet dapat digunakan langsung di e-toko. Kita akan lihat lebih lanjut bahwa, Netscape, Jatis maupun berbagai perusahaan yang menawarkan toolkit untuk merchant yang sangat memudahkan pengembangan e-toko, sebetulnya merupakan adaptasi dari produk yang hampir sama untuk keperluan pengembangan intranet.

Tantangan Bagi Organisasi
Sebuah situs Web secara tradisional telah banyak menyebabkan hilangnya batas-batas departemen / bagian, seorang ahli dari departemen IT, bagian pemasaran dan disain grafis harus bekerjasama dengan erat untuk membangun situs web. Jika kita perhatikan secara seksama di lapangan, sering dijumpai bahwa mereka harus banyak belajar untuk bekerjasama. Dalam hal ini, e-commerce dapat dibayangkan sebagai sebuah tantangan yang jauh lebih besar lagi karena e-commerce akan melibatkan bagian penjualan, quality assurance, team support teknis / customer care unit ke dalam keseluruhan team. Di samping itu, e-commerce juga akan memberikan tekanan pada departemen IT karena harus mengintegrasikan e-toko yang ada dengan bagian accounting, gudang, maupun sistem pembayaran.

Membangun sebuah situs e-toko merupakan pekerjaan yang sangat menuntut konsentrasi dan melelahkan, idealnya seluruh anggota team e-commerce harus mendedikasikan seluruh perhatiannya terutama di minggu-minggu pertama beroperasinya.

Kami sudah tidak di Jakarta lagi - Kami di Cyber
Jika team e-commerce sudah terbentuk, sekarang adalah waktunya untuk menggunakan kertas dan whiteboard melakukan orek-orek dan harus di warnai dengan diskusi, debat dan brainstorming.

Pertanyaan nomor satu yang akan ditanyakan kemungkinan besar adalah kepada siapa kita akan mentargetkan e-toko tersebut? e-commerce sering kali di asosiasikan dengan direct sales walaupun tidak harus demikian, tapi direct sales mungkin merupakan pendekatan yang OK juga. Banyak perusahaan secara tradisional menggunakan sistem reseller harus memutuskan apakah akan menggunakan model tersebut atau berpindah ke direct sales.

Sementara harus mencari pola dan target e-toko, ada baiknya mengingat beberapa hal yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan:

o Tidak semua perusahaan mempunyai infrastruktur yang cukup untuk mendukung direct sales. Umumnya direct sales berarti eceran dengan margin yang tinggi, yang berbeda dengan grosiran yang umumnya sedikit jumlah pesanan, tapi banyak barang yang dikirim.
o Direct sales akan menaikan kebutuhan technical support dan customer care unit, maupun hal-hal seperti itu.
o Direct sales mungkin akan membutuhkan perubahan cara bagian public relation / marketing berkomunikasi.

Yang harus di ingat dan di hayati benar adalah bisnis harus memimpin teknologi, jangan sebaliknya.Misalnya keputusan untuk melakukan direct sales harus berdasarkan kebutuhan bisnis jangan mentang-mentang secara teknologi sangat sederhana dan memungkinkan.

Satu alternatif untuk direct sales adalah mentargetkan reseller melalui e-toko. Banyak perusahaan melihat bahwa akan sangat efektif jika mereka dapat melakukan pengeffisienan hubungan mereka dengan reseller-nya melalui e-commerce. Pilihan yang lain adalah melakukan partnering dengan satu atau lebih reseller dan membiarkan mereka menangani pesanan yang diminta pelanggan.

Produsen PC adalah contoh dari industri yang terlihat sekali pergeserannya dari indirect menuju direct sales. Sebetulnya sangat masuk diakal karena produsen PC telah memiliki bagian support dan pemeliharan di dalamnya.

Dell adalah sebuah situs direct sales yang kita tahu semua, dan Dell electronic shop merupakan pengembangan yang sangat natural dari strategi Dell. Di lain pihak, pada saat Compaq yang dulunya menggunakan pola reseller dan VAR, pada saat mereka membuka e-toko maka struktur sales mereka harus di ubah secara radikal.

Size yang tepat
Sebuah pendekatan yang sangat populer untuk berbagai proyek IT adalah start dengan pilot poyek kemudian dikembangkan secara bertahap. Sebuah pilot proyek akan memberikan kesempatan untuk menguji pasar dan menggali pengalaman dengan teknologinya tanpa berhadapan dengan semua masalah sekaligus. Tentunya team e-commerce harus memutuskan besarnya pilot e-toko yang akan dibangun, jika pilot e-toko terlalu terbatas maka hasil yang akan diperoleh akan sangat berbeda dengan realitas sehingga tidak akan memberikan informasi yang bermanfaat. sebaliknya jika terlalu kompleks maka akan lebih sulit membangunnya menuju solusi akhir.

Tentunya menentukan komposisi yang cocok antara pilot proyek dan seterusnya akan sangat bergantung pada kekuatan masing-masing perusahaan. Pendekatan yang paling populer adalah menampilkan beberapa produk yang terbatas secara online dan secara bertahap membesarkan koleksi online. Pendekatan yang lain adalah menguji sistem dengan pembeli yang terbatas dan terpilih.

Ekspektasi pembeli merupakan fokus utama dalam menentukan keputusan-keputusan ini. Sebuah toko yang mengkhususkan pada jenis produk tertentu mungkin akan membuka e-toko dengan katalog yang berisi sedikit produk, sedangkan pada sebuah perusahaan mail-order yang besar kemungkinan harus membuka pilihan yang lebih banyak. Tentunya pemilihan barang yang akan di dagangkan akan sangat dipengaruhi oleh suasana usaha yang ada, sebuah perusahaan mail-order kemungkinan harus fokus pada produk yang dikenal baik di masyarakat sebagai produk pilotnya. Sialnya, produk yang dikenal baik oleh masyarakat kemungkinan bukan sesuatu yang baik dari sisi teknologi informasi. Contoh-nya di pakaian, software merchant cukup pusing jika harus menangani berbagai perbedaan size dan warna atau kombinasi lain dari pakaian. Beberapa webmaster bahkan berdoa supaya memberikan produk yang lebih sederhana sebagai pilot produk.

Mensetup sebuah e-Toko
Seperti dijelaskan sebelumnya, sebuah e-toko berbeda dengan situs web biasa karena perbedaan objektif yang diembannya. Yang satu diarahkan untuk memperoleh pemasukan secara langsung dari penjualan, sedang sebuah situs web tradisional lebih di orientasikan kepada komunikasi. Hal ini selanjutnya akan menyebabkan beberapa perbedaan teknis dalam mensetup sebuah situs. Beberapa hal yang berkaitan dengan e-toko akan dicoba dibahas dibawah ini.

Kesederhanaan dan Kemudahan
Coba bandingkan sebuah katalog dengan brosur atau bentuk media marketing lainnya yang biasa kitab gunakan di dunia konvensional. Katalog biasanya mempunyai struktur yang berbeda. Katalog biasanya mempunyai index untuk kecepatan akses ke informasi, usaha yang serius biasanya diberikan untuk menjamin agar layout sebuah katalog menjadi jelas dan mudah dibaca. Secara alamiah, katalog lebih repetitif - ada elemen-elemen grafik yang di ulang di setiap halaman untuk memberikan petunjuk kepada pembaca.

Hal yang digunakan dalam katalog di dunia konvensional akan digunakan juga di dunia elektronik. Mereka mempunyai tujuan yang sangat berbeda dengan situs web yang murni untuk public relation, hal tersebut harus nampak pada layout situs. Kita terbiasa menggunakan pola situs multimedia yang banyak meggunakan animasi, suara, dan aplet Java. Karena sebuah e-toko harus melayani pembeli yang akan membeli secara langsung, maka sebuah e-toko harus bersih dan effisien agar dapat dibaca dengan cepat. Segala hal yang akan mengubah / mengganggu perhatian pembeli kepada produk tersebut harus dibuang jauh-jauh. Hal-hal ini bukan untuk merendahkan nilai estetika sebuah katalog, tapi memang untuk menekankan kejelasan dan kemudahan penggunaan. Grafik sebaiknya kecil dan repetitif. Lebih daripada sekedar situs web biasa, adalah sangat penting untuk menggunakan tombol dan label yang jelas dan mudah dimengerti. Tombol dengan teks lebihb disukai. Kita menginginkan agar pembeli memasukan pesanan!

Pemrograman HTML yang pandai harus dilakukan secara efisien. Contohnya dapat kita lihat dibawah, adalah biasa untuk menampilkan hasil searching dalam bentuk tabel. Umumnya browser akan lambat untuk menampilkan tabel; browser harus men-download seluruh content sebelum bisa menampilkan tabel-nya. Oleh karena itu akan lebih effisien untuk menggunakan multiple / beberapa tabel. Pada contoh 1, browser tidak akan menampilkan apapun sampai daftar lengkap dari produk telah diterima oleh browser. Sedang pada contoh 2, pentampilan hasil search produk dalam bentuk tabel akan secepat waktu download. Memang untuk mengambil contoh 2 sebetulnya dibutuhkan waktu lebih lama daripada contoh 1, tetapi pengguna browser akan merasakan contoh 2 lebih cepat dan situs lebih responsive.
Contoh 1. Cara lambat untuk menampilkan produk




Pen
High-quality pen at the right price.
$1
Pencil
High-quality pencil at the right price.
$1
Blocknote
Recycled paper.
$2


Contoh 2. Cara cepat untuk menampilkan produk


Pen
High-quality pen at the right price.
$1



Pencil
High-quality pencil at the right
price.
$1



Blocknote
Recycled paper.
$2


Apa yang akan dijual dan bagaimana caranya
Kebanyakan e-toko di Internet menjual barang yang relatif murah, seperti barang konsumen biasa (seperti buku dan CD) atau barang operasional (seperti pena dan bloknote). Pembeli dapat browse atau memilih barang, memasukan barang yang dipilih ke virtual shopping cart. Setelah mereka selesai berbelanja, mereka perlu registrasi, membayar dengan kartu kredit atau bentuk e-uang yang lain, dan barang akan dikirimkan kepada mereka melalui kurir - atau, pada software, e-buku, e-artikel, e-lagu, mereka bisa mendownload produk tersebut secara langsung.

Sebetulnya e-commerce tidak terbatas pada barang berharga murah, jasa telah terbukti sangat populer. Banyak bank telah membuka cabang elektronik-nya. Berbagai industri jasa mulai bergerak online. Contoh, 1-800-MYLOGO sebuah jasa disain telah memungkinkan logo di pesan secara online.

Barang berharga tinggi seperti mobil dan rumah memang belum dapat dijual secara baik melalui media online. Akan tetapi media online dapat menjadi kanal pre-sales yang sangat baik sehingga merupakan versi enhanced dari situs pemasaran tradisional. Sebuah contoh yang baik dari kanal pre-sale adalah GM buy power . Katalog mobil dan truk yang di produksi General Motors di tambahkan perbandingan dengan kendaraan yang sama dari kompetitor-nya yang semuanya dilakukan secara yang dilakukan secara independent. GM berargumentasi bahwa pembeli mobil berada dalam tekanan cukup berat, oleh karena itu mereka membantu para pembelinya dengan cara memberikan perbandingan dengan kompetitornya secara online. Sistem yang dibangun juga melibatkan sebuah fasilitas bulletin-board untuk mendorong pengunjung untuk berhubungan dengan dealer GM setempat.

e-toko dan e-katalog merupakan solusi yang menarik dari sisi teknis karena beberapa adanya solusi dari berbagai vendor yang menawarkan merchant toolkit yang pada akhirnya sangat menekan usaha dana biaya pengembangan. Tentu saja jika anda seorang programmer sangat memungkinkan untuk memprogram katalog ini berupa kombinasi script di server (CGI, WAI, servlets dan lainnya) tapi feature utama seperti shopping cart, fasilitas search, browsing yang effisien, dan registrasi user (yang mungkin termasuk didalamnya validasi kartu kredit) sudah tersedia sebagai produk off-the-shelf. Karena paket-paket merchant toolkits telat termasuk semua fungsi di atas termasuk fasilitas manajemen pelaporan dan promosi, merchant toolkit akan sangat mempersingkat waktu implementasi. Beberapa toolkit yang populer seperti:

o Jatis (http://www.jatis.com) barangkali merupakan merchant toolkit yang cocok untuk usaha kecil menengah di Indonesia. Bahkan di sertai 25Mbyte Web hosting, 5 e-mail account dll dengan startup cost Rp. 2 juta relatif murah untuk membuat e-toko dibandingkan invest di Ruko.

o Viaweb , sebuah solusi untuk usaha kecil menengah termasuk didalamnya Webhosting.

o ICat , sebuah solusi e-katalog kelas menengah.

o Netscape MerchantXpert , sebuah solusi high-end yang merupakan bagian dari keluarga aplikasi CommerceXpert .

Jika anda memilih diantara produk-produk tersebut, yang penting untuk dilihat adalah kemampun integrasi produk / software tersebut dengan sistem yang ada. Hal ini akan dibahas dalam bagian selanjutnya.
Pemenuhan Ekspektasi Pelanggan
Perusahaan mapan yang melakukan migrasi ke e-commerce biasanya harus menghadapi masalah tambahan yaitu harus dapat memenuhi ekspektasi customer based mereka yang sudah ada. Sebuah strategi e-commerce yang sukses akan bertumpu pada kekuatan yang sudah ada di perusahaan dan meng-enhance apa yang dapat perusahaan itu berikan. Penanganan yang spesial diberikan untuk menjamin agar pelanggan yang sudah ada dapat dengan mudah mengakses produk-produk yang sudah familiar bagi mereka.

Yang lebih penting lagi, penanganan yang hati-hati harus di perhatikan agar servis level yang sama dapat diberikan secara online seperti hal-nya secara offline. Merchant toolkit biasanya sangat baik untuk manajemen dari promosi sampai penjualan, e-kupon, selebaran promosi dan sebagainya; merchant toolkit biasanya di arahkan untuk usaha yang berusaha untuk membedakan dengan yang lain melalui harga yang lebih aggressive. Di sisi lain, usaha yang lebih berkonsentrasi kepada servis personal tampaknya harus mengkombinasikan solusi merchant yang standar dengan aplikasi yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan personal masing-masing pelanggan.

Ada dua (2) pendekatan yang sering digunakan untuk memberikan jasa personal yang online. Pertama adalah membuka kepakaran internal perusahaan secara online melalui sistem pakar (expert system). Agak seram memang istilahnya, dalam bentuk yang sederhana sebetulnya sebuah sistem pakar adalah sebuah database informasi yang baik dengan kemampuan search, seperti GM Buy Power. Toko Dell online juga menggunakan pendekatan yang sama, dengan berbagai peringatan kemungkinan ketidak kompetibelan, seperti “This sound card is not supported by Windows NT”. Memasukan informasi ke sebuah sistem pakar memang akan memakan waktu, lebih enak memang meng-online-kan sumber-sumber in-house yang sudah ada daripada harus mengumpulkan informasi baru.

Cara yang ke dua adalah menggunakan agen software yang cerdas . Jangan terlalu takut dengan terminologi-nya, beberapa produk software telah memasukan fasilitas untuk mengamati kebiasaan setiap pembeli secara personal dan memberikan rekomendasi secara personal. Agen software tersebut dapat juga memberitahukan pembeli jika produk yang dia sukai muncul. GrapeVINE http:///www.grapevine.com adalah agen software yang mampu untuk melakukan hal tersebut di atas. Beberapa software termasuk Netscape Compass server telah mengintegrasikan GrapeVINE di dalam-nya.

Pada dasarnya apapun pendekatan yang dipakai, semua sistem yang di sebutkan di atas mudah untuk di integrasikan dengan standar merchant toolkit. Yang penting adalah kita harus menyadari bahwa pembeli hanya akan kembali ke sebuah e-toko karena beberapa sebab seperti harga, kualitas jasa, convenience, dan sebagainya. Seninya adalah menemukan apa yang mereka suka dalam usaha / bisnis yang kita jalankan dan membangun itu. Itu lah e-commerce, tidak berbeda jauh dengan atau mungkin sama seperti tradisional commerce sebetulnya.

Integrasi dengan sistem yang sudah ada
Barangkali aspek yang paling memusingkan adalah proses integrasi e-toko dengan sistem yang sudah ada.

e-toko tidak berdiri sendiri, dia di dukung oleh beberapa sistem informasi seperti billing, manajemen stok, accounting, dan manajemen panggilan dari pembeli (kalau anda melakukan direct sales menggunakan telepon). Kombinasi dari sistem ini dikenal sebagai back-end. Perusahaan startups lebih fleksible dalam memilih back-end yang digunakan di sesuaikan dengan fokus mereka di online. Sayangnya fleksibilitas ini kemungkinan besar tidak ada di dunia usaha yang sudah mapan, artinya harus mau tidak mau mengintegrasikan e-toko yang akan dibuat dengan back-end yang sudah ada / dimiliki sekarang ini.

Mengintegrasikan aplikasi yang sudah lama ada dengan sistem web adalah pekerjaan-pekerjaan yang seringkali harus dilakukan oleh intranet developer. Harus diingat tingkat kepentingan integrasi ini cukup tinggi di e-toko karena tidak seperti di intranet, kegagalan di e-toko akan menyangkut image yang buruk ke media massa dan akhirnya hilangnya transaksi dagang.

Setiap organisasi telah mengembangkan sistem accounting dan billing yang unik yang merefleksikan budaya dan pasar dari organisasi tersebut. Back-end telah dikembangkan dalam waktu yang lama. Back-end berkembang dengan perusahaan, biasanya back-end tidak di disain untuk online commerce. Mengadaptasi sistem seperti ini biasanya memerlukan kemampuan untuk memecahkan beberapa masalah di bidang responsiveness, keamanan, konversi format, scalability dan banyak lagi.

Di atas semua pekerjaan tersebut biasanya ada saja hal-hal kecil yang menjengkelkan. Contohnya, sebuah perusahaan tidak dapat memberikan nomor referensi kepada pembeli online tanpa harus mengubah secara drastis back-end sistem mereka. Tentunya mereka akan sangat berkeberatan untuk melakukan perubahan tersebut. Solusi yang ditempuh akhirnya memberikan nomor referensi yang sifatnya sementara kepada pembeli online, dan mengkonfirmasikan kemudian melalui e-mail dengan nomor referensi yang sesungguhnya yang sudah di konfirmasikan ke back-end. Untuk menghindari kebingungan akhirnya digunakan kata “confirmation number” untuk membedakan nomor referensi yang sifatnya sementara tadi. Kejadian seperti ini bukannya tidak mungkin akan banyak terjadi dengan anda-anda yang sudah mempunyai sistem back-end yang mapan.

Secara umum ada dua pola utama pada saat kita mengintegrasikan sebuah sistem, yaitu:

o Membuat sistem back-end dapat diakses secara online melalui e-toko, atau
o Putuskan sama sekali e-toko dari back-end dan duplikasi data dari e-toko ke back-end dan sebaliknya secara batch.
Tentunya, pilihan yang paling tepat akan sangat tergantung pada sistem yang ada. Umumnya perusahaan-perusahaan menginginkan back-end mereka dapat di akses secara online, akan tetapi mereka umumnya lebih suka solusi kedua yang memutuskan back-end dari online e-toko-nya karena lebih murah dan lebih mudah di implementasikan.
Pendekatan Online
Pada pendekatan online, e-toko mempunyai akses langsung ke database di back-end. Hal ini mempunya dua keuntungan utama yaitu:

o Sangat mungkin untuk memberikan servis yang lebih baik, seperti informasi stok yang real-time.
o Sangat menekan biaya operasi sistem, karena tidak dibutuhkan intervensi manusia untuk menerima pesanan atau update harga.

Kesulitan utama dalam pendekatan online ini adalah biaya dan keamanan. Keamanan adalah isu yang paling sakral dalam pendekatan online. Sedang dukungan back-end tidak hanya untuk e-toko-nya tapi juga untuk seluruh bagian dari perusahaan; oleh karena itu harus bisa di akses e-toko tersebut secara amat sangat aman.

Hal lain yang akan membuat faktor biaya menjadi naik karena cepatnya obsolote perangkat lunak: back-end perlu secara periodik di upgrade dan di modifikasi. Responsiveness, seperti diterangkan terdahulu, sangat penting dalam e-toko; oleh karena itu back-end harus dapat memompa data secepatnya.Jika e-toko sukses, atau back-end sudah mulai overload karena banyak digunakan maka upgrade dan perubahan di back-end harus di lakukan supaya semua berjalan secara lancar efisien. Aplikasi server, seperti Netscape Application Server , mungkin akan menolong dalam masalah ini dengan cara secara effisien memanaje hubungan ke back-end.

Yang terakhir, pendekatan online memerlukan cukup banyak pekerjaan yang mahal terutama untuk customisasi. Oleh karena itu di sarankan untuk menggunakan menggunakan pendekatan modular seperti merchant toolkit yang seharusnya akan menekan biaya pengembangan – sangat tidak masuk di akal jika di satu sisi kita dapat menekan biaya, di sisi lain harus membiayai customisasi yang mahal. Sialnya, biasanya back-end tidak mempunyai semua informasi yang dibutuhkan oleh e-toko kita. Memang back-end mempunyai informasi tentang harga dan jumlah stok, tapi bagaimana dengan deskripsi produk, tip, dan gambar? Tentunya hal-hal ini akan membutuhkan customisasi yang membutuhkan biaya lagi.

Oleh karena itu sangat disarankan untuk memilih merchant toolkit yang fleksible dengan arsitektur yang modular.
Pendekatan batch / offline
Oleh karena hal-hal yang di sebutkan di atas, banyak perusahaan akhirnya memilih untuk memisahkan e-toko mereka dengan back-end. Data, seperti deskripsi produk dan informasi pesanan, di duplikasi di kedua lingkungan tersebut. Setiap sistem mempunya database masing-masing yang di optimasi untuk kebutuhan-nya. Keuntungan utama dari pendekatan off-line ini adalah masing-masing dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan kebutuhan. Tidak ada kebutuhan untuk mengadaptasi back-end ke e-toko.

Dalam kasus-kasus yang simpel bahkan data dapat di duplikasi secara manual. Pendekatan ini adalah yang dilakukan oleh Viaweb, dan memang berjalan dengan baik bagi target perusahaan Viaweb yaitu usaha kecil menengah (UKM). UKM dapat memasukan deskripsi produk menggunakan formulir yang ada di situs Viaweb, dan UKM dapat mengakses laporan online shopping.

Proses manual cocok untuk jumlah produk yang kecil dan tetap (statik), untuk jumlah produk yang lebih besar dan dinamik (berubah-ubah) dibutuhkan pendekatan yang lebih automatis. Alternatif yang populer adalah membangun proses meng-copy yang sifatnya batch secara periodik, proses ini akan secara automatis melakukan resinkonisasi antara e-toko dengan database di back-end. Tentunya proses sinkronsisasi ini membutuhkan pengembangan yang sifatnya custom. Jika merchant toolkit tidak secara eksplisit mendukung customisasi pada level ini, sangat mudah untuk membangun proses batch di atas PC kita. Kita tahu bahwa e-toko maupun back-end harus berjalan di atas PC, maka sangat mungkin jika masing-masing PC mengeksport kedua database mereka melalui sebuah Application Program Interface (API) terbuka seperti ODBC.

Dalam pendekatan batch, jika secara benar di automasikan, dikombinasikan dengan keuntungan dari akses online kepada data dan keamanan yang baik maupun independensi diantara sistem. Konsekuensinya, banyak organisasi lebih suka pendekatan ini, bahkan untuk jangka panjang.
Migrasi yang mudah
Bagi perusahaan yang mapan dan ingin melakukan migrasi ke e-commerce akan menghadapi tantangan yang lebih banyak dibandingkan perusahaan startup – tentunya, pengalaman perusahaan mapan yang tahun-tahun itu umumnya dapat mengkompensasi tantangan yang akan di hadapi. Terima kasih karena adanya merchant toolkit yang bisa memudahkan untuk para usahawan untuk membangun e-toko.

"Onno W. Purbo"

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates